Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri, Tak Dipantau Petugas hingga Terpaksa Keluar Rumah

Kompas.com - 07/10/2020, 06:12 WIB
Rachmawati

Editor

Di Kabupaten dan Kota Bandung, tingkat keterisian tempat tidur pasien tanpa gejala di pusat isolasi sebesar 33,82% dari total 1.020. Sementara di Bogor, Depok dan Bekasi terdapat 315 kapasitas kamar (tiga hotel).

Artinya, masih banyak tempat bagi pasien untuk menjalani isolasi di fasilitas pemerintah.

"Isolasi mandiri di rumah boleh, kita lihat punya kamar isolasi sendiri, kamar mandi sendiri, itu bisa tapi diupayakan isolasi di pusat-pusat isolasi kita," katanya.

Berdasarkan data pada akhir September lalu, jumlah pasien tanpa gejala di Jawa Barat sekitar 70% dari dari total hampir mencapai 24.000 kasus.

Baca juga: Sejumlah Hotel di Jabar Menolak Jadi Tempat Isolasi, Ini Alasannya

"Terpaksa keluar rumah"

Di Surabaya, seorang pasien positif Covid-19, Putri (bukan nama sebenarnya), melakukan isolasi mandiri di kamar kos sebelum menjalani isolasi di fasilitas pemerintah.

Selama isolasi di kos, ia mengungkapkan terpaksa keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makan.

"Mau tidak mau [keluar], apalagi saya tinggal di kos, semua sendiri, beli sendiri, masak sendiri. Sebisa mungkin saya lakukan pakai masker, sarung tangan, hand sanitizer, kalau di luar itu ada kelolosan, mau bagaimana," katanya.

"Ada juga teman saya yang merasa badannya sehat padahal positif dan lagi isolasi di rumah, tapi ia tidak jaga diri, keluar rumah, ke tempat keramaian. Tidak merasa takut dan bersalah dan tidak ada pemantauan. Itu lemahnya isolasi rumah, sulit diawasi," cerita Putri.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Depok Setop Isolasi Mandiri di Rumah untuk Pasien Covid-19

Di kosnya, tetangga Putri dinyatakan terinfeksi virus corona pada saat dilakukan penelusuran oleh petugas kesehatan.

"Tim menelusuri siapa saja yang kontak erat dengan saya," katanya.

Putri beranggapan isolasi di rumah tidak efektif untuk dilaksanakan karena selain bisa keluar rumah, juga memunculkan beban sosial.

"Ada beban sosial dan psikologi kalau di kos karena ada ibu kos yang punya anak kecil, teman-teman kos. Kalau menurut saya seluruh pasien dirawat di fasilitas pemerintah, jangan ada lagi yang isolasi di rumah. Selain menutup potensi penularan, layanan kesehatan, vitamin dan makanan juga dijamin," katanya yang kini sedang menjalani isolasi di rumah sakit.

Baca juga: Syarat yang Harus Diketahui jika Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Ingin Isolasi Mandiri di Rumah

"Isolasi di rumah lebih baik"

Sejumlah petugas medis bersiap memeriksa kondisi pasien Covid-19 di rumah nelayan Lubukbuaya, Padang, Sumatera Barat, Jumat (25/09)Antara Foto/Iggoy el Fitra Sejumlah petugas medis bersiap memeriksa kondisi pasien Covid-19 di rumah nelayan Lubukbuaya, Padang, Sumatera Barat, Jumat (25/09)
Namun di sisi lain, terdapat beberapa warga yang lebih memilih melakukan isolasi di rumah dibandingkan di fasilitas kesehatan pemerintah.

Parto (bukan nama sebenarnya), warga Makassar, Sulawesi Selatan, yang menjalani tes swab usai bapak mertuanya positif Covid-19 mengatakan, kondisi rumahnya memungkinkan dilakukan isolasi mandiri.

"Makan dikirim dan pesan online selama 12 hari. Dalam rumah kosong, saya sendiri, keluarga di rumah yang lain, Isolasi di rumah pilihan terbaik buat saya," kata Parto yang dinyatakan positif dua minggu sebelum pernikahannya kepada wartawan BBC News Indonesia.

Parto yang tidak menunjukkan gejala Covid-19 itu mengatakan, tidak pernah keluar rumah selama isolasi. Ia juga mengatakan, selama isolasi tidak ada pendampingan dari petugas kesehatan.

Baca juga: Ingin Isolasi Mandiri Gratis di Fasilitas Pemerintah? Ini Syaratnya

"Tidak ada yang biasanya mengawasi positif atau bagaimana itu tidak ada, tidak ada sama sekali, murni mandiri," kata Parto yang diduga terinfeksi Covid-19 saat mengurus proses pernikahan.

Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar Farid Wajdi juga memilih melakukan isolasi di rumah setelah dinyatakan positif Covid-19 karena rumahnya memiliki fasilitas yang memadai dan dapat melakukan aktivitas yang menyenangkan, dibanding di tempat lain.

"Saya memilih rumah karena harus membaca, olahraga tiap hari, yang menyenangkan di rumah. Saya khawatir kalau di tempat lain akan kesulitan," kata Farid.

Farid menambahkan, selama isolasi, ia tinggal sendiri di rumah dan telah mengungsikan anggota keluarganya ke tempat lain. Tim kesehatan pun rutin melakukan pemantauan ke rumahnya.

Baca juga: 16 Prosedur agar Rumah Bisa Jadi Tempat Isolasi Mandiri, Salah Satunya Harus Ditempel Stiker

Mengapa isolasi mandiri " tidak efektif"?

Petugas Wisata Duta Covid 19 Sulawesi Selatan di salah satu hotel di Kota Makassar sedang mempersiapkan makanan kepada pasien Covid-19Darul Amri Petugas Wisata Duta Covid 19 Sulawesi Selatan di salah satu hotel di Kota Makassar sedang mempersiapkan makanan kepada pasien Covid-19
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Husni Thamrin mengaku isolasi mandiri di rumah tidak efektif.

"Mereka [pasien] itu rata-rata bandel, kurang disiplin, tetap berkeliaran bahkan masuk kantor, terus kondisi sosial rumah mereka banyak yang tidak layak untuk isolasi mandiri, misalnya satu rumah hanya memiliki satu kamar mandi yang dipakai bersama, itu tidak layak."

"Yang ketiga khusus masyarakat di pemukiman kumuh yang padat, kontrakan, petak-petak tidak mungkinlah isolasi mandiri," kata Husni.

Baca juga: Pasien Covid-19 Usia di Bawah 18 Tahun Harus Didampingi Keluarga Saat Isolasi Mandiri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com