Tiba di Kota Ambon, ia membawa Jurni ke Rumah Sakit dr Latumeten. Sayangnya, sudah sebulan lalu menjalani pemeriksaan di rumah sakit, pihak keluarga belum mengetahui penyakit yang diderita Jurni.
“Belum dirawat, cuma sudah diperiksa sejak satu bulan lalu dan dokter sudah ambil sampel tapi hasilnya belum keluar,” kata Ami.
Sebulan terakhir, Ami dan istrinya menumpang di salah satu rumah keluarga di Lorong Puteri, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Mereka terpaksa menumpang di sana karena Jurni harus diperiksa rutin setiap minggu sembari menunggu hasil diagnosa dokter keluar.
“Dokter bilang kalau ada keluarga di Ambon sebaiknya tinggal sementara di sini dulu, kebetulan ada keluarga yang mau menampung kita di Ambon,” ujarnya.
Ami mengaku biaya menjadi kendala paling berat dalam mengobati penyakit istrinya.
Baca juga: Mari Bantu Koestomo, Butuh Biaya Merawat Anak Sulungnya yang Lumpuh Sejak 8 Tahun Lalu
Dokter, kata Ami, sudah mewanti-wanti benjolan di wajah istrinya itu butuh penanganan khusus.
“Dokter bilang kalau benjolan isteri saya ini ganas maka harus dirujuk ke Makassar, tapi kalau tidak ganas bisa dioperasi di sini saja,” ujarnya.
Sejauh ini, Jurni belum menjalani rawat inap di rumah sakit karena keterbatasan biaya. Apa lagi, Ami dan istrinya tak memiliki BPJS Kesehatan.
“Jadi kalau rawat inap pasti biayanya besar, apalagi tidak ada BPJS, saya tidak akan sanggup, saya hanya petani di kampung, istri saya hanya ibu rumah tangga,” ungkapnya.
Ia mengaku tak bisa apa-apa jika dokter memutuskan merujuk istrinya ke rumah sakit di luar Maluku.
“Kalau ke Makassar mau dapat uang dari mana untuk biaya pengobatan, istri saya tidak punya BPJS, lalu biaya makan di sana bagaimana, tinggal dimana itu berat bagi saya,” ujarnya.