Salin Artikel

Perjuangan Jurni, 3 Tahun Melawan Penyakit Langka di Wajahnya, Tak Punya Biaya Berobat

Sejak tiga tahun terakhir, Jurni harus berjuang melawan benjolan yang muncul di mulutnya. Benjolan itu membesar dan menjalar ke bagian kanan wajah dan lehernya.

Suami Jurni, Ami (32) mengatakan, benjolan di wajah istrinya itu muncul tiga tahun lalu. Saat itu, Jurni merasakan benjolan kecil di sekitar gusinya.

Awalnya, Jurni mengabaikan benjolan itu. Seiring berjalan waktu, benjolan itu membesar dan menjalar ke bagian wajah.

“Pertama itu hanya benjolan kecil seperti jerawat di bagian mulut tapi lama-kelamaan benjolan itu terus membesar,” kata Ami kepada Kompas.com via telepon seluler, Selasa (6/10/2020).

Ami mengatakan, istrinya baru mengeluhkan penyakit itu sekitar setahun lalu kepadanya. Ketika itu, benjolan di mulut istrinya membesar dan sakit.

Kompas.com menggalang dana untuk membantu Ibu Jurni. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan bebannya agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Ami pun membawa istrinya menjalani pengobatan tradisional dengan meminum ramuan dari daun-daunan yang diperas karena tak memiliki biaya.

Sejak tiga tahun menderita penyakit, Jurni tak pernah berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

“Hanya pakai obat tradisional saja, kita ambil daun-daunan lalu diperas airnya untuk diminum tapi tidak ada perubahan sama sekali,” ujarnya.

Periksa ke Ambon

Karena tak ada perubaham, Ami membawa istrinya ke rumah sakit di Kota Ambon. Ami menitipkan tiga anak mereka yang masih kecil kepada neneknya di kampung.

Dari kampung halaman, pasangan suami istri menyeberang lautan menuju Kota Ambon.


Tiba di Kota Ambon, ia membawa Jurni ke Rumah Sakit dr Latumeten. Sayangnya, sudah sebulan lalu menjalani pemeriksaan di rumah sakit, pihak keluarga belum mengetahui penyakit yang diderita Jurni.

“Belum dirawat, cuma sudah diperiksa sejak satu bulan lalu dan dokter sudah ambil sampel tapi hasilnya belum keluar,” kata Ami.

Sebulan terakhir, Ami dan istrinya menumpang di salah satu rumah keluarga di Lorong Puteri, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Mereka terpaksa menumpang di sana karena Jurni harus diperiksa rutin setiap minggu sembari menunggu hasil diagnosa dokter keluar.

“Dokter bilang kalau ada keluarga di Ambon sebaiknya tinggal sementara di sini dulu, kebetulan ada keluarga yang mau menampung kita di Ambon,” ujarnya.

Tak punya BPJS

Ami mengaku biaya menjadi kendala paling berat dalam mengobati penyakit istrinya.

Dokter, kata Ami, sudah mewanti-wanti benjolan di wajah istrinya itu butuh penanganan khusus. 

“Dokter bilang kalau benjolan isteri saya ini ganas maka harus dirujuk ke Makassar, tapi kalau tidak ganas bisa dioperasi di sini saja,” ujarnya.

Sejauh ini, Jurni belum menjalani rawat inap di rumah sakit karena keterbatasan biaya. Apa lagi, Ami dan istrinya tak memiliki BPJS Kesehatan.

“Jadi kalau rawat inap pasti biayanya besar, apalagi tidak ada BPJS, saya tidak akan sanggup, saya hanya petani di kampung, istri saya hanya ibu rumah tangga,” ungkapnya.

Ia mengaku tak bisa apa-apa jika dokter memutuskan merujuk istrinya ke rumah sakit di luar Maluku.

“Kalau ke Makassar mau dapat uang dari mana untuk biaya pengobatan, istri saya tidak punya BPJS, lalu biaya makan di sana bagaimana, tinggal dimana itu berat bagi saya,” ujarnya.


Ami berharap Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat dan Pemprov Maluku membantu pengobatan istrinya. Sebab, ketiga anaknya sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu.

Keluar Darah

Sementara itu, Jurni mengaku benjolan di wajahnya kerap mengeluarkan darah sejak setahun terakhir. Hal itu sangat menyiksanya.

Saat malam, Jurni tak bisa tidur dan selalu menangis karena tak mampu menahan rasa sakit.

“Setiap malam itu saya merasakan kesakitan sampai ke kepala, paling manganta (nyeri) dan kadang itu sampai keluar darah,” kata Jurni.

Benjolah itu membuat bentuk wajahnya tak normal dan memengaruhi suaranya. 

Saat berbincang dengan Kompas.com, suara Jurni tak terdengar jelas.

“Suara saya dulu tidak begini tapi setelah penyakit ini suara saya jadi berubah,” ujarnya.

Jurni berharap ada pihak yang membantu kesulitannya melawan penyakit ini. Ia berharap bisa sembuh dan menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anak serta istri yang baik bagi suaminya.

"Saya berdoa semoga Tuhan memberikan kesembuhan kepada saya. Saya ingin berbakti kepada suami saya, saya ingin menididik anak-anak saya memberi makan kepada mereka yang masih kecil-kecil, saya juga kasihan mama saya yang sudah tua terpaksa menjaga ketiga anak saya saat ini,” ungkapnya.

Kompas.com menggalang dana untuk membantu Ibu Jurni. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan bebannya agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/06/20194571/perjuangan-jurni-3-tahun-melawan-penyakit-langka-di-wajahnya-tak-punya-biaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke