Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cak In'am, Lewat Kedai Kopi Kenalkan Kebinekaan Indonesia kepada Eks Napi Terorisme

Kompas.com - 26/09/2020, 06:30 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

"2016 itu dibentuk yayasan, di Yogya ini perwakilannya, DPW-lah istilahnya. Saya diajak Ali Fauzi, 'Ayo, Mas, membuat yayasan'. Saya bilang, 'Monggo, siap'. Ya jadi gayung bersambut," tuturnya.

Baca juga: Cerita Napi Terorisme yang Telah Bertobat, Teriak Yel NKRI Harga Mati

Menurut dia, di Yogyakarta ada 20 orang baik eks napiter maupun napiter yang didampingi. Selain itu, yayasan juga mendampingi keluarga dari napiter maupun eks napiter.

"Kita juga mendampingi keluarga, mereka pasti tersisihkan di masyarakat, mereka kadang takut. Yang penting bahwa ayolah bareng-bareng kembali ke pangkuan ibu pertiwi," jelasnya

Cak In'am menuturkan, bicara mengenai napiter ataupun eks napiter sangatlah kompleks. Tidak hanya tentang satu dua orang, tetapi menyeluruh, termasuk keluarga mereka.

"Bicara permasalahan napiter, kita tidak bicara si A, si B saja, tetapi bicara semuanya, dia punya anak, punya istri, punya mertua. Karena permasalahannya memengaruhi semuanya," ungkap In'am.

Oleh karena itu, dirinya juga membantu eks napiter dan keluarganya untuk bisa memulai hidup baru. Termasuk mencarikan pekerjaan baik untuk eks napiter maupun anggota keluarganya.

"Saling membantu, ada yang susah kita bantu, ada yang sakit kita bantu, ada yang butuh kerja kita carikan kerja," tegasnya.

 

Sosialisasikan kebinekaan lewat kedai kopi

Muhammad In'am Amin mendirikan sebuah kedai kopi di daerah Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman. Kedai kopi ini oleh Cak In'am didirikan pada tahun 2015.

"Ini tahun 2015, saya sewa tanah. Namanya kedai kopinya Gandroeng," bebernya.

Selain untuk usaha, kedai kopi ini juga sebagai sarana berdialog dengan eks napiter dalam rangka membantu mereka memulai hidup baru.

"Ya mereka (eks napiter memang sering datang ke sini (Kedai Kopi Gandroeng) ya ngopi," tuturnya.

Di kedai kopi ini mereka bisa santai dan terbuka untuk berdialog tentang kesulitan yang dialami. Selain itu, mereka bisa secara langsung belajar membuka sebuah usaha.

"Mereka datang ke sini minimal terinspirasi, oh ternyata usaha itu mudah ya, butuh perlu dicoba, butuh keberanian, bukan di angan-angan saja. Yang terpenting itu membangun mental, supaya mau mandiri, mau berusaha," tegasnya.

Tak jarang Cak In'am harus merogoh uang pribadinya untuk membantu perekonomian mereka. Sebab, permasalahan mereka adalah perekonomian karena tidak mempunyai pekerjaan.

"Saya sering dari uang pribadi ngasih mereka, transfer mereka seadanya karena permasalahannya pekerjaan. saya berusaha sebisa mungkin mereka dapat pekerjaan. Karena kalau sudah WA, Mas, Pak, tidak punya uang, anakku sakit, enggak bisa beli susu, mosok kita tidak mau membantu," jelasnya.

"Ya sekali-kali istilahnya kita beri ikan. Tapi progres kita ke depan, ya kita beri kail, kita beri perahu, kita beri jaring supaya mencari ikan sendiri," imbuhnya.

Menurut dia, sudah ada eks napiter yang mandiri dengan membuka usaha, meskipun bukan usaha yang sama dengan dirinya.

Beberapa eks napiter dan anggota keluarganya juga ada yang bekerja di Kedai Kopi Gandroeng.

"Ada kemarin, di sini sifatnya seperti magang itu. Tapi, sering teman-teman datang ke sini, dari Semarang, Jakarta, dari Lamongan, ya menjadi tempat singgah," urainya.

Baca juga: Pengakuan Napi Terorisme Tolak Baiat ISIS di Nusakambangan, Waswas Takut Dibunuh Saat Tidur

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com