Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cak In'am, Lewat Kedai Kopi Kenalkan Kebinekaan Indonesia kepada Eks Napi Terorisme

Kompas.com - 26/09/2020, 06:30 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

Kedai Kopi Gandroeng banyak dikunjungi baik mahasiswa maupun masyarakat umum. Mereka yang datang ke kedai kopi milik Cak In'am itu berasal dari berbagai daerah dan latar belakang.

"Yang datang ke sini banyak, beraneka ragam, ya bisa dikatakan miniatur Indonesia kecil," ungkapnya.

Situasi tersebut menjadi sarana Muhammad In'am Amin untuk mengenalkan tentang kebinekaan kepada eks napiter.

Memberi pemahaman tentang kebinekaan kepada eks napiter tersebut dikemas Cak In'am dengan ngobrol santai sambil ngopi.

"Di sini lihat orang bermacam-macam suku, agama, terus Saya sampaikan bahwa hidup itu seperti ini, inilah miniatur Indonesia. Jadi kita hidup di Indonesia itu bersama-sama orang banyak, tidak hanya satu agama, kita harus bisa hidup berdampingan, saling menjaga, tidak merugikan orang lain," ungkapnya.

"Cara berpakaian juga berbeda-beda. Itulah yang saya tunjukkan bahwa inilah kehidupan, ada keberagaman," imbuhnya.

Memberikan pemahaman tersebut, diakuinya, tidak bisa langsung. Butuh proses yang panjang dan perlahan-lahan.

"Kita harus sabar, perlu waktu, tidak bisa satu dua bulan, bertahun-tahun. Dengan perlahan, dengan aktivitas, dengan perbuatan, tidak bisa seperti memberi materi kuliahan," ujarnya.

Berbagai kegiatan dilakukan Cak In'am bersama eks napiter dan keluarganya. Kegiatan tersebut antara lain ngopi bareng, kemudian berkunjung ke rumah mereka masing-masing. Mengajak jalan-jalan keluarga mereka.

"Ya acara-acara sederhana, sepele tetapi sangat berarti. Kemarin kita juga upacara bendera di Piyungan," katanya.

Tidak hanya di luar, Cak In'am juga aktif mengunjungi napiter yang sedang menjalani masa hukuman di penjara. Dengan kunjungan ini, mereka merasa ada yang memperhatikan.

"Kita ikut aktif, kita kunjungi, kita kirimi apa. Itu pun tidak selalu diterima, sebenarnya ibarat kendala terbesar adalah melawan kesadaran diri kita sendiri, kita sabar enggak," urainya.

Diakuinya, apa yang ia lakukan bersama Yayasan Lingkar Perdamian tidaklah sesuatu yang mudah. Bahkan, dirinya sering dicap macam-macam.

"Lingkar Perdamaian dibilang lingkaran setan, karena kita koordinasi dengan polisi, dengan negara," ucapnya.

Tak hanya itu, berbagai ancaman juga sering dialami oleh Cak In'am. Namun, hal itu tidak pernah menghentikan langkah pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur, ini.

Cak In'am tetap berkarya, merangkul eks napiter dan keluarganya.

"Ancaman-ancaman itu ya sering, Mas, cuma ya kita tenang saja. Hidup mati di tangan Allah, yang penting kita berbuat yang terbaik," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com