Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Mojokerto Nikmati Listrik dari Sungai, Energi Listrik jadi Pembangkit Perubahan (2)

Kompas.com - 27/08/2020, 11:19 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Sebelumnya, setiap rumah penduduk hanya mendapatkan jatah listrik antara 100 hingga 150 watt. Iuran listrik kala itu, rata-rata Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per bulan.

"Sebelumnya tidak ada meteran. Baru ada meteran itu tahun 2000. Daya listrik juga meningkat, jadi warga bisa memakai sesuai yang dibutuhkan," ungkap Misto, Kepala Dusun Janjing

Dia mengungkapkan, jumlah penduduk di Dusun Janjing saat ada listrik untuk pertama kalinya, sebanyak 25 KK. Saat ini, jumlah penduduk Dusun Janjing sebanyak 49 KK.

Saat ini, tercatat 60 nama pengguna listrik dari PLTMH Kali Maron. Pengguna itu merupakan rumah tangga, tempat ibadah, pendidikan, dan usaha kecil.

"Selain untuk rumah tangga, listrik di sini juga digunakan untuk usaha ekonomi. Ada yang usaha pertukangan, ada yang buka warung," tutur Misto.

Tumbuhkan Kepercayaan Diri

Pengelolaan pembangkit listrik oleh Paguyuban Kalimaron terus menunjukkan situasi yang baik, sejak lembaga pengelola itu terbentuk.

Pada 2003, Paguyuban Kalimaron menjalin kerja sama interkoneksi dengan PLN.

Baca juga: Viral, Foto Nenek Penjual Mangga Dibayar Uang Mainan Pecahan 50.000

Dalam kerja sama itu, Paguyuban Kalimaron menerima pemasukan dari PLN atas pembayaran sebagian energi listrik yang dibeli PLN. Kerja sama itu berlangsung hingga akhir 2019.

Ketua Badan Pengurus Paguyuban Kalimaron, Suroso menjelaskan, listrik yang dibeli PLN adalah kelebihan dari daya listrik yang dihasilkan PLTMH Kalimaron, setelah disalurkan kepada masyarakat Janjing.

Setiap bulan, paguyuban bisa mendapatkan pemasukan antara Rp 6 juta hingga Rp 9 juta. Pemasukan dari PLN tersebut menjadi modal penting bagi paguyuban untuk pengelolaan PLTMH Kali Maron.

Suroso menuturkan, untuk melaksanakan kerjasama interkoneksi dengan PLN, paguyuban memerlukan dana Rp 108 juta. 

Dana untuk pengadaan sarana pendukung interkoneksi dengan jaringan PLN tersebut, berhasil didapatkan dengan sistem pinjaman dari Koperasi Energi Hijau. 

Empat tahun kemudian, pinjaman yang diangsur setiap bulan tersebut berhasil dilunasi. Luapan kegembiraan masyarakat Janjing pun tak terbendung.

"Kita bisa, kita bisa, ternyata kita bisa. Seperti itu ungkapan masyarakat Janjing waktu utang sudah lunas. Kami pinjam tahun 2003, lunas tahun 2007. Itu menjadi momentum bangkitnya kepercayaan diri masyarakat Janjing," tutur Suroso.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com