KOMPAS.com- Tak mudah bekerja sebagai tenaga medis saat wabah Covid-19.
Ada yang mengaku sempat dibayang-bayangi oleh kematian, karena harus berkontak langsung dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 setiap hari.
Seperti Melda Kartika, perawat pasien positif Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rasidin Padang, Sumatera Barat.
Saat awal menangani Covid-19, Melda merasa khawatir karena banyak perawat yang meninggal dunia setelah terpapar virus.
"Awalnya sempat cemas, banyak takutnya, apalagi saat melihat banyak perawat yang meninggal karena merawat pasien positif Covid-19,” ujar Melda Kartika kepada Kompas.com, Selasa (9/6/2020).
Kekhawatiran muncul terutama saat berangkat bekerja.
Namun kecemasan itu tak bisa ia tampakkan di depan keluarganya.
"Saat akan packing barang mau berangkat, maka muncullah pikiran, bisa pulang hidup enggak ya? Saya sempat menangis, namun harus dikuatkan, karena tidak ingin tampak dengan keluarga yang lain. Kecemasan kembali muncul saat mau masuk dan membuka pintu kamar pasien untuk pertama kalinya. Pertanyaan bisa pulang atau enggak kembali muncul dalam kepala,” kata Melda.
Alat pelindung diri (APD) tersebut memang dikenal membuat gerah. Keringat selalu mengucur saat mengenakannya.
"Pernah kejadian saat di bulan puasa lalu, saya sempat terminum air keringat sendiri. Mudah-mudahan puasa saya tidak batal karena terminum keringat sendiri itu,” kata dia.
Belum lagi ketika bertemu pasien yang agak rewel, perawat harus bersabar sehingga kondisi psikis pasien pun tetap terjaga.
"Sebab, pasien yang sakit itu tidak hanya penyakitnya saja, namun psikisnya juga. Saya juga memperlakukan pasien tersebut seperti keluarga sendiri, seperti menyuapi mereka makan, menemaninya ke kamar mandi, dan lainnya,” ujar dia.
Baca juga: Perawat Diintimidasi Usai Periksa Pasien Covid-19 di Sragen, Bupati Pasang Badan