Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selalu Muncul Pikiran, Bisa Pulang Hidup-hidup Enggak, Ya?"

Kompas.com - 10/06/2020, 12:52 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Tak mudah bekerja sebagai tenaga medis saat wabah Covid-19.

Ada yang mengaku sempat dibayang-bayangi oleh kematian, karena harus berkontak langsung dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 setiap hari.

Seperti Melda Kartika, perawat pasien positif Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rasidin Padang, Sumatera Barat.

Saat awal menangani Covid-19, Melda merasa khawatir karena banyak perawat yang meninggal dunia setelah terpapar virus.

"Awalnya sempat cemas, banyak takutnya, apalagi saat melihat banyak perawat yang meninggal karena merawat pasien positif Covid-19,” ujar Melda Kartika kepada Kompas.com, Selasa (9/6/2020).

Kekhawatiran muncul terutama saat berangkat bekerja.

Namun kecemasan itu tak bisa ia tampakkan di depan keluarganya.

"Saat akan packing barang mau berangkat, maka muncullah pikiran, bisa pulang hidup enggak ya? Saya sempat menangis, namun harus dikuatkan, karena tidak ingin tampak dengan keluarga yang lain. Kecemasan kembali muncul saat mau masuk dan membuka pintu kamar pasien untuk pertama kalinya. Pertanyaan bisa pulang atau enggak kembali muncul dalam kepala,” kata Melda.

Baca juga: Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga

Cerita memakai hazmat

Ilustrasi tenaga medisDOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi tenaga medis
Tak hanya rasa khawatir yang menyelimuti, namun perasaan tidak nyaman sempat dia rasakan ketika mengenakan baju hazmat.

Alat pelindung diri (APD) tersebut memang dikenal membuat gerah. Keringat selalu mengucur saat mengenakannya.

"Pernah kejadian saat di bulan puasa lalu, saya sempat terminum air keringat sendiri. Mudah-mudahan puasa saya tidak batal karena terminum keringat sendiri itu,” kata dia.

Belum lagi ketika bertemu pasien yang agak rewel, perawat harus bersabar sehingga kondisi psikis pasien pun tetap terjaga.

"Sebab, pasien yang sakit itu tidak hanya penyakitnya saja, namun psikisnya juga. Saya juga memperlakukan pasien tersebut seperti keluarga sendiri, seperti menyuapi mereka makan, menemaninya ke kamar mandi, dan lainnya,” ujar dia.

Baca juga: Perawat Diintimidasi Usai Periksa Pasien Covid-19 di Sragen, Bupati Pasang Badan

Ilustrasi pasien positif Covid-19, terinfeksi virus coronaShutterstock Ilustrasi pasien positif Covid-19, terinfeksi virus corona

Lama-lama bisa lebih tenang

Menurutnya, kekhawatiran itu lama-lama hilang dan dia menjadi lebih santai dalam bertugas.

"Kalau untuk turun pertama memang ada muncul rasa takut. Tapi, setelah itu diturunkan tugas selanjutnya tidak ada lagi,” kata Melda.

Dari pihak RSUD tempatnya bekerja pun telah menyiapkan APD sesuai standar, sehingga dia merasa lebih tenang.

Apalagi dengan niat yang tulus membuat dirinya semakin kuat menjalani kesehariannya.

"Kita turun merawat dengan niat yang baik. Rumah sakit menyediakan APD lengkap. Jadi ibarat perang, peralatan kita sudah lengkap, makanya jadi agak enjoy,” kata Melda.

Baca juga: Usai Periksa Pasien Covid-19, Perawat Diancam hingga Trauma, Ganjar: Jangan Aneh-aneh, Kita Lagi Kondisi Sulit

Harus tes swab sebelum bertemu keluarga

IlustrasiThinkstockphotos.com Ilustrasi
Sejak awal, keluarganya berat merelakan Melda untuk bertugas menangani pasien positif.

"Setelah melakukan pendekatan, akhirnya mereka bisa menerima. Awalnya keluarga sempat sedih juga untuk melepasnya,” kata dia.

Melda pun sudah lama tak berjumpa dengan keluarganya karena menangani pasien Covid-19.

Untuk mengobati kerinduan, dia hanya bisa menumpahkannya lewat video call.

Kemudian untuk bisa pulang, Melda harus menjalani karantina dan dites swab.

“Ketika hasil tes negatif dan dinyatakan boleh pulang, perasaan senang muncul karena bisa bertemu dengan keluarga. Sebab, sudah lama tidak berkumpul,” kata Melda.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Padang, Rahmadhani | Editor: Abba Gabrilin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com