Hal itu bisa terlihat saat musim tanam datang. Sebagian petani menggunakan modal dari hasil panen sebelumnya, seperti yang ia lakukan.
Namun ada pula yang meminjam ke bank bila memiliki agunan, saudara, atau bank keliling (rentenir) dengan bunga besar.
Meski hasil yang diperoleh sedikit, untungnya tak ada satu pun kelompok tani yang terjerat utang rentenir. Berbeda dengan Asep (45), petani asal Kabupaten Bandung.
Asep kehilangan tanahnya seluas 500 meter karena tidak mampu membayar utang ke rentenir. Saat itu, tahun 2016, Asep meminjam uang Rp 50 juta untuk modal.
Namun, cabai yang ditanamnya gagal panen, berbarengan dengan anaknya masuk rumah sakit. Jangankan untuk bayar, Asep menambah utang untuk modal.
“Bunganya 30 persenan per bulan. Karena tak sanggup bayar setelah beberapa lama, tanah saya diambil,” ungkapnya.
Setelah jatuh, Asep kembali bangkit dengan modal seadanya. Kini kondisinya mulai membaik dan ia enggan meminjam lagi ke bank keliling.
Baca juga: Basmi Hama Tikus, Petani di Jawa Timur Gelar Sayembara hingga Sewa Pemburu