Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basmi Hama Tikus, Petani di Jawa Timur Gelar Sayembara hingga Sewa Pemburu

Kompas.com - 18/01/2020, 13:39 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Beragam cara dilakukan para petani untuk membasmi hama tikus yang kian merajalela.

Di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bahkan diadakan sayembara untuk membasmi wabah hama tikus tersebut.

Dalam sayembara itu, kelompok tani Desa Baderan Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengalokasikan anggaran hingga Rp 6 juta.

Sekertaris Kelompok Tani Desa Baderan Bisri mengatakan, untuk satu ekor tikus yang berhasil ditangkap warga akan dibeli dengan harga Rp 2.000 per ekor.

Baca juga: Petani Ngawi Gelar Sayembara Berburu Tikus, 1 Ekor Dihargai Rp 2.000

Langkah itu dianggap cukup efektif, karena membuat warga lebih bersemangat untuk mengurangi hama tikus di sawah milik petani.

“Kalau tidak begitu warga tidak semangat. Sebulan ini sudah Rp 4 juta kita keluarkan uangnya,” ujar Bisri melalui sambungan telepon, Sabtu (18/1/2020).

Melalui sayembara itu, ia mengaku bisa menebus hingga ribuan ekor tikus per hari.

Lebih lanjut Bisri mengatakan, serangan hama tikus di wilayahnya dianggap sangat memprihatinkan.

Bahkan jika dibiarkan, para petani yang menanam padi terancam gagal panen. Serangan tikus itu semakin marak terjadi saat tanaman padi memasuki usia dua bulan atau dalam kondisi padi sudah berisi.

"Waktu bunting itu malah bahaya, Sudah bunting dimakan tikus sudah harapan tidak panen,” kata Basri.

Sementara itu kondisi serupa juga terjadi di daerah Jombang, Jawa Timur.

Karena resah dengan mewabahnya hama tikus, para petani di salah satu desa di daerah setempat bahkan ada yang memanfaatkan relawan pemburu tikus.

Untuk satu ekor tikus dibeli dengan harga Rp 1.000 per ekor.

Perangkat Desa Pojok Kulon, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Misbachudin mengatakan, serangan hama tikus di desanya sebenarnya sudah lama terjadi.

Namun, selama dua tahun terakhir ini serangan hama tikus tersebut dianggap semakin marak, bahkan para petani terancam gagal panen.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com