Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakak Beradik yang Alami Gangguan Jiwa dapat Bantuan Paket Sembako

Kompas.com - 01/12/2019, 08:35 WIB
Amran Amir,
Dony Aprian

Tim Redaksi

LUWU, KOMPAS.com – Keluarga Abdul Salam (81) dan istrinya, Halima (60), warga Desa Lare-Lare, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, dapat bantuan paket sembako dari Polsek Bua.

Abdul dan Halima harus berjuang merawat Anita dan Saldi yang mengalami gangguan jiwa selama 15 tahun.

Kapolsek Bua Iptu Hasdin mengatakan, bantuan ini merupakan bentuk kepedulian Polri khususnya Polres Luwu melalui Polsek Bua kepada masyarakat yang membutuhkan dan kurang mampu.

“Kami membawa bantuan tersebut merupakan sedekah personil Polsek Bua melalui program Sangsabu Sangallo (seribu sehari) yang dikumpulkan setiap pagi usai apel pagi melalui kotak amal,” kata Hasdin, Sabtu (30/11/2019).

Baca juga: Dua Anaknya Dipasung karena Gangguan Jiwa, Sang Ayah: Kami Pasrah Sama Yang Kuasa

Sementara itu, Istri Abdul Salam, Halima terkejut saat personel polisi mendatangi rumahnya membawa sejumlah paket sembako.

“Terima kasih nak, kalian sudah datang membantu kami, terima kasih pak Polisi sudah peduli dengan kami, semoga tuhan membalas semua kebaikan bapak-bapak, tadinya saya kira apa kami didatangi polisi,” ucap Halima.

Diberitakan sebelumnya, ironis, nasib yang dialami keluarga Abdul Salam (81) dan istrinya, Halima (60), warga Desa Lare-Lare, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Dua anak mereka, Anita (34) dan Saldi (31) dipasung karena menderita gangguan jiwa.  

Anita mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2003, diawali dengan demam tinggi.

Abdul dan Halima sempat dibawa ke rumah sakit.

Namun, karena keterbatasan biaya mereka terpaksa tak membawa anaknya berobat ke rumah sakit.

“Waktu kami bawa berobat ke rumah sakit, kami terpaksa mengutang dulu demi membiayai pengobatannya. Waktu itu tidak ada perubahan pada dirinya. Namun, karena keterbatasan biaya, kami terpaksa harus keluarkan dari rumah sakit,” kata Abdul Salam, saat ditemu di rumahnya, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Selama 15 Tahun Kakak Beradik di Sulsel Dipasung karena Menderita Gangguan Jiwa

Karena tak kunjung membaik, keluarga membawa Anita ke dokter ahli syaraf. Anita diberikan obat, tapi Anita tidak mau meminumnya.

Hal itu membuat kondisi Anita semakin memburuk, hingga akhirnya keluarga memutuskan memasung Anita selama bertahun-tahun.

“Kondisinya semakin jadi, bahkan sering mengamuk, sehingga kami sempat memasungnya selama 15 tahun lebih dan baru sekitar enam bulan ini kami lepas dari pasungan karena kondisi fisiknya kini lemah dan hanya hanya bisa berbaring saja,” ucap Salam.    

Selain Anita, anak mereka lainnya, Saldi juga mengalami hal serupa. Saldi mengalami gangguan jiwa pada umur 24 tahun. Keluarga kemudian memasung Saldi selama tujuh tahun karena kerap mengamuk. Padahal, sebelumnya Saldi sempat bekerja di sebuah perusahaan untuk menghidupi keluarganya. 

“Sewaktu dia kerja sering merasakan panas, sering bikin masalah dengan temannya hingga mengalami gangguan jiwa. Kami pun terpaksa memasungnya karena sering keluar ke jalan raya dan mengejar orang,” ujar Salam.

Saldi sempat dirawat di Rumah Sakit Dadi Makassar dan kondisinya sempat membaik hingga bisa pulang ke rumah.

Namun, satu bulan kemudian penyakit Saldi kembali kambuh.

Saldi memiliki kondisi yang sama dengan kakaknya, yaitu badan lemas. Hal itu membuat orangtuanya harus melepas pasungan.

Kini Saldi dan Anita hanya bisa berbaring di tempat tidur karena fisik yang lemah. 

Berbagai upaya sejak belasan tahun lalu sudah dilakukan Abdul Salam dan istrinya demi kesembuhan kedua anaknya.

Abdul dan istrinya kini pasrah dan tetap berupaya merawat kedua anaknya sambil bekerja secara serabutan.

Keduanya mengumpulkan daun sagu untuk membuat atap rumbia demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Dia berharap mendapat bantuan dari pemerintah daerah. Namun sayang, bantuan tak kunjung datang.

“Setiap hari kami mengurusnya, kalau kambuh dan parah lagi penyakitnya kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa mengambil daun sagu untuk buat atap, karena harus dijaga. Kalau mau makan, yah apa adanya saja kami pasrah saja sama yang kuasa,” ujar dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com