Sementara itu, Camat Tanjung Raya Handria Asmi mengatakan, belum bisa memastikan bahwa banjir dan longsor berasal dari daerah cagar alam tersebut.
"Belum kita cek, tapi memang ada cagar alam dan kejadian longsor sudah tiga kali di daerah ini dan kali ini yang terparah," kata Handria.
Baca juga: Banjir dan Longsor di Agam Sumbar Diduga karena Pembalakan Liar
Akibat hujan deras yang terjadi pada Rabu lalu, jalan kabupaten di Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat lumpuh total tertimbun banjir dan longsor.
Timbunan material longsor sepanjang 100 meter dengan tinggi mencapai 10 meter masih belum dibersihkan.
"Saat ini, tim dari BPBD, Satpol PP dan Damkar, kecamatan dan dibantu dari kabupaten sedang berusaha keras membuka akses jalan," kata Camat Tanjung Raya, Handria Asmi yang dihubungi Kompas.com, Kamis.
Baca juga: Timbunan Longsor 10 Meter Tutup Akses Jalan Kabupaten di Tanjung Raya Agam
Handria mengatakan, berdasarkan pendataannya hingga pagi ini tercatat ada 14 kepala keluarga yang terdampak banjir dan longsor ditambah dengan satu madrasah dan satu masjid.
Saat ini, korban banjir dan longsor tersebut sudah dipindahkan sementara ke tempat yang aman seperti ke rumah tetangga dan rumah keluarganya.
"Mereka berada di daerah zona merah. Saat ini sudah direlokasi ke rumah tetangga dan rumah saudaranya," katanya.
Baca juga: Pemkab Agam Berencana Relokasi Korban Banjir dan Longsor
Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menetapkan status tanggap darurat bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Galapuang, Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Agam.
Penetapan status tanggap darurat itu disebabkan kondisi bencana alam cukup parah yang menyebabkan akses jalan hingga saat ini masih belum terbuka.
"Terhitung sejak kemarin, Pemkab Agam telah menetapkan status tanggap darurat untuk bencana banjir badang dan longsor di Galapuang," kata Kepala BPBD Agam M Lutfi AR saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).
Baca juga: Pemkab Agam Tetapkan Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor