Salin Artikel

Fakta Lengkap Banjir dan Longsor di Agam, Diduga karena Pembalakan Liar hingga Tetapkan Status Tanggap Darurat

KOMPAS.com - Hujan deras yang melanda Muko-Muko, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumut), sejak Rabu (20/11/2019) sore hingga malam, menyebabkan satu orang warga tewas tergelincir saat memasang pukat di Danau Maninjau.

Tak hanya itu, banjir dan longsor pun terjadi di daerah Galapuang, Tanjung Sani, Tanjung Raya, yang menyebabkan 13 rumah, satu madrasah dan satu masjid menjadi rusak.

Selain itu, menyebabkan akses jalan menjadi tertutup total akibat material longsor menutupi badan jalan sepanjang 100 meter, dengan ketinggian mencapai 10 meter lebih.

Adanya bencana alam tersebut, Pemerintah Kabupaten Agam pun menetapkan status tanggap darurat terhadap bencana banjir bandang dan longsor yang melanda daerah Galapuang, Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Agam.

Penetapan status tanggap darurat itu disebabkan kondisi bencana alam cukup parah, tercatat ada 13 rumah yang mengalami kerusakan. Bahkan, dua di antaranya hanyut dibawa banjir bandang.

Berikut fakta selengkapnya:

Hujan deras yang menggugyur Muko-muko, Tanjung Raya, Kabupaten Agam dari sore hingga malam, menyebabkan satu orang tewas.

Selain merenggut satu nyawa juga menyebabkan banjir dan longsor di daerah Galapuang, Tanjung Sani, Tanjung Raya.

"Di daerah Galapuang, Tanjung Sani terjadi banjir dan longsor yang menyebabkan 13 rumah, satu madrasah dan satu masjid menjadi rusak," kata Handria.

Selain, itu menyebabkan akses jalan menjadi tertutup total akibat material longsor menutupi badan jalan sepanjang 100 meter dengan ketinggian mencapai 10 meter lebih.

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Erly Sukrismanto mengatakan, banjir bandang dan longsor di Galapuang, Tanjung Sani, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu, diduga karena pembalakan liar di Cagar Alam Maninjau yamg berada di lokasi tersebut.

Sebelumnya, daerah tersebut sudah pernah terjadi banjir bandang dan longsor pada Juli 2019.

"Longsor dan banjir badang memang diduga akibat pembabatan kayu di cagar alam itu. Pertengahan tahun lalu juga terjadi longsor dan banjir badang di daerah itu," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/11/2019).

Sementara itu, Camat Tanjung Raya Handria Asmi mengatakan, belum bisa memastikan bahwa banjir dan longsor berasal dari daerah cagar alam tersebut.

"Belum kita cek, tapi memang ada cagar alam dan kejadian longsor sudah tiga kali di daerah ini dan kali ini yang terparah," kata Handria.

 

Akibat hujan deras yang terjadi pada Rabu lalu, jalan kabupaten di Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat lumpuh total tertimbun banjir dan longsor.

Timbunan material longsor sepanjang 100 meter dengan tinggi mencapai 10 meter masih belum dibersihkan.

"Saat ini, tim dari BPBD, Satpol PP dan Damkar, kecamatan dan dibantu dari kabupaten sedang berusaha keras membuka akses jalan," kata Camat Tanjung Raya, Handria Asmi yang dihubungi Kompas.com, Kamis.

 

Handria mengatakan, berdasarkan pendataannya hingga pagi ini tercatat ada 14 kepala keluarga yang terdampak banjir dan longsor ditambah dengan satu madrasah dan satu masjid.

Saat ini, korban banjir dan longsor tersebut sudah dipindahkan sementara ke tempat yang aman seperti ke rumah tetangga dan rumah keluarganya.

"Mereka berada di daerah zona merah. Saat ini sudah direlokasi ke rumah tetangga dan rumah saudaranya," katanya.

 

Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menetapkan status tanggap darurat bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Galapuang, Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Agam.

Penetapan status tanggap darurat itu disebabkan kondisi bencana alam cukup parah yang menyebabkan akses jalan hingga saat ini masih belum terbuka.

"Terhitung sejak kemarin, Pemkab Agam telah menetapkan status tanggap darurat untuk bencana banjir badang dan longsor di Galapuang," kata Kepala BPBD Agam M Lutfi AR saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).

Lutfi mengatakan, awalnya, Pemkab Agam hanya menetapkan status tanggap darurat selama tiga hari. Namun, Jumat (22/11/2019) ini diperpanjang menjadi 15 hari terhitung Kamis (21/11/2019) kemarin.

"Pemkab Agam memperpanjang status tanggap darurat bencana longsor dan banjir badang. Dari tiga hari menjadi 15 hari," katanya

Lutfi menyebutkan, perpanjangan status itu diambil Pemkab Agam setelah melihat kondisi bencana yang cukup parah.

Hingga Jumat sore ini, akses jalan di Galapuang, Tanjung Sani, Tanjung Raya, Agam itu masih belum terbuka.

 "Masih belum terbuka hingga sore ini. Sudah dua alat berat diturunkan," kata Lutfi.

Setelah sempat terputus selama 48 jam, akibat banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu lalu, akhirnya akses jalan kabupaten di Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumbar, dapat dibuka pada Jumat (22/11/2019) pukul 19.00 WIB.

Meskipun sudah berhasil dibuka, untuk saat ini hanya baru bisa dilalui mobil dengan gardan ganda. Selain mobil jenis itu, masih belum bisa lewat karena jalan masih digenangi lumpur.

"Alhamdulillah, setelah semua tim bekerja keras akhirnya akses jalan sudah bisa dibuka. Hanya saja, baru terbatas mobil double gardan yang bisa lewat," kata Camat Tanjung Raya, Handria Asmi, saat dihubungi Kompas.com, Jumat malam.

Handria mengatakan, kondisi terakhir jalan masih becek akibat lumpur, namun jalan sudah bisa dilalui.

 

Sumber: KOMPAS.com (Kontributor Padang, Putra Perdana | Editor: Abba Gabrillin, Aprilia Ika, David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2019/11/23/08080091/fakta-lengkap-banjir-dan-longsor-di-agam-diduga-karena-pembalakan-liar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke