Sementara itu di dasar lerengan tebing atau kaki perbukitan Suradita dengan kedalaman yang diperkirakan 300 hingga 500 meter terdapat Kampung Cisayang dan Cipari, Dusun Cisayang, Desa Cijurey, kecamatan setempat.
Di dusun ini terdapat kampung padat.penduduk.
Salah seorang warga Kampung Cipari, Adis (62) mengungkapkan bila dirinya beserta keluarga serta para tetangga selalu dihantui tanah longsor yang akan menimbun kampungnya dari perbukitan Suradita.
Apalagi bila sudah memasuki musim hujan.
Baca juga: Penghuni Huntara Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Belum dapat Aliran Listrik
"Khawatir Pak, warga itu resah kalau sudah.musim hujan. Karena material bebatuan itu turun dari atas perbukitan dengan menimbulkan suara bernturan keras," ungkap Adis kepada Kompas.com di rumahnya, Senin (11/11/2019).
Makanya lanjut dia kalau hujan turun, apalagj turun dengan deras sebagian besar warga pada keluar rumah untuk bersiaga.
Karena di antara lerengan perbukitan yang panjangnya. mencapai ratusan meter pernah terjadi longsoran hingga menimbun areal persawahan.
"Sejak iru (tahun 2007) hingga saat ini tebing yang longsor itu membuat kami khawatir, belum lagi di pinggir-pinggirnya juga sudah ada yang tergerus" kata dia sambil menunjuk ke arah tanah longsor yang berada di belakang rumahnya.
Baca juga: Kisah Mak Tiyah, Bertahan Menempati Rumah Panggung di Zona Merah Tanah Bergerak
Ketua RW 8 Dusun Suradita, Iman Abdurohman mengatakan dia nendapatkan laporan mengenai adanya retakan tanah di kebun milik warga yang lokasinya berada di atas perkampungan, tepatnya di perbukitan blok Gunung Baros.
Setelah dicek, ada beberapa retakan dengan ukuran bervariasi.
Namun yang terpanjang mencapai 100 meter dengan lebar sekitar 20 sentimeter sedangkan kedalamannya mencapai 2 meter.
Retakannya sudah ditutup kembali dengan tanah.
"Tahun 2018 retakan tanah pernah terlihat di perkampungan dan sudah ditutup dengan tanah. Tahun ini (2019) kembali terlihat di atas perbukitan yang di bawahnya banyak runah-rumah, ada sekitar 100 kepala keluarga," kata Iman saat ditemui Kompas.com di rumahnya Sabtu (9/11/2019) petang.
Menurut dia retakan tanah yang saat ini membuat masyarakatnya mulai dihantui keresahan terjadinya bencana tanah bergerak.
Karena masyarakat di kampungnya ini mayoritas penyintas bencana tanah bergerak yang terjadi beberapa kali.