Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mak Tiyah, Bertahan Menempati Rumah Panggung di Zona Merah Tanah Bergerak

Kompas.com - 22/07/2019, 06:18 WIB
Budiyanto ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Ma Kobtiyah (80), salah seorang penyintas bencana tanah bergerak kembali menempati rumahnya di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat.

Padahal, rumah panggung yang saat ini ditempati Ma Tiyah (sapaan akrab Ma Kobtiyah), termasuk di daerah zona merah atau lokasi bencana.

Ma Tiyah sudah sekitar sebulan kembali menempati rumah panggung yang di kelilingi tanah tergerus dan retak-retak, serta sejumlah rumah rusak dan ambruk.

"Emak ingin tenang, makanya ke rumah ini lagi," ungkap Ma Tiyah, saat berbincang dengan Kompas.com, di rumah panggungnya, Sabtu (20/7/2019).

Baca juga: Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Siap Tempati Hunian Sementara

Sebelumnya, saat bencana tanah bergerak terjadi pada akhir April 2019 lalu, Ma Tiyah sempat tinggal di rumah tetangganya di kampung setempat. Di rumah tetangganya ini, Mak Tiyah sempat tinggal lebih dari sepekan.

Selanjutnya, sejak awal Mei 2019, ia tinggal bersama adiknya, Enok (50), di kampung tetangga, Kampung Pasirsalam.

Jaraknya hanya beberapa puluh meter dari rumah Mak Tiyah yang berada di lokasi bencana.

Di rumah adiknya ini, Mak Tiyah tinggal selama menjalankan bulan Ramadhan hingga beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah.

Karena alasan sering banyak tamu, Mak Tiyah kembali pulang ke rumah panggungnya.

"Di rumah ini, emak masak sendiri dengan menggunakan tungku kayu bakar. Kayu bakarnya dapat dari cari-cari saja," ujar Mak Tiyah, yang juga dikenal sebagai guru mengaji.

Di rumah panggung tersebut, Mak Tiyah tinggal seorang diri. Suaminya, Masduki, sudah meninggal dunia sekitar 9 tahun lalu.

Sedangkan dua anaknya, Halimi (45) dan Yanah (40), masing-masing sudah berkeluarga.

Halimi tinggal di Benda, Kecamatan Cicurug, sedangkan Yanah masih di Kecamatan Nyalindung, hanya beda desa.

Kedua anaknya ini selama kampungnya dilanda bencana masing-masing hanya beberapa kali menjenguk.

Namun, dalam kesendirian, Mak Tiyah masih bisa berbuat sosial bagi orang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com