SUKABUMI, KOMPAS.com - Bencana tanah bergerak di Desa Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat masih menyisakan cerita keprihatinan.
Sejak dua bulan terakhir, seratusan warga terdampak bencana tersebut masih tinggal di pengungsian.
Pembangunan hunian sementara (huntara) yang sudah direncanakan, masih belum terealisasi. Bahkan saat ini, pembangunan huntara di lahan seluas satu hekta tersebut dihentikan sementara.
Baca juga: Akibat Tanah Bergerak, Tiga Gedung di IAIN Ambon Rusak Parah
Huntara tersebut rencananya dibangun oleh donatur yang namanya tidak ingin dipulikasikan.
"Sampai saat ini donatur yang mengatasnamakan hamba Allah ini belum kunjung datang lagi. Sehingga proses pembangunan huntara dihentikan sementara," ungkap Kepala Desa Kertaangsana Agus Sudrajat kepada Kompas.com, di lokasi bencana di Kampung Gunungbatu, Senin (24/6/2019) petang.
Dia menuturkan kehadiran donatur yang menjanjikan membangun huntara tersebut berawal dari kehadiran empat orang yang bertamu ke kantor desa.
Saat itu, dua pria dan dua wanita datang pada masa tahap tanggap darurat beberapa waktu lalu.
Salah satu dari empat orang tamu itu, kata Agus, menjanjikan siap membiayai pembangunan huntara sebesar Rp1,2 milyar. Biaya awal digunakan untuk perataan tanah di lokasi huntara sebesar Rp 18 juta langsung diberikan saat itu juga.
Baca juga: Peluk dan Tangis Korban Bencana Tanah Bergerak, Tak Bisa Lebaran di Rumah Sendiri
Pembangunan huntara tersebut menggunakan lahan milik warga.
Bantuan donatur itu disambut baik dan juga diketahui sejumlah pihak termasuk di antaranya Muspika Nyalindung dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.
Pembangunan huntara itu dilaksanakan sejak Jumat (3/5/2019) lalu dimulai dengan perataan tanah yang melibatkan dua alat berat. Selain dibangun tiga blok untuk hunian, rencananya huntara akan dilengkapi dengan gudang dan musala.
Pembangunan dihentikan pada Rabu (22/5/2019) dan sudah berdiri satu bangunan gudang ukuran 10 x 8 meter yang pengerjaannya baru mencapai 70 persen. Selain itu sudah ada pondasi untuk musala berukuran 10 x 10 meter.
Pembangunan dengan rangka baja tersebut sesuai yang disepakati donatur dengan warga.
Baca juga: Puluhan Anak PAUD Penyintas Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Belajar di Lokasi Pengungsian
Total biaya bangunan yang sudah ada sudah menghabiskan biaya sebesar Rp 122 juta dan biaya tenaga kerja serta bahan bakar solar sebesar Rp 31 juta. Kata Agus, semua biaya tersebut menjadi hutang yang perlu dibayar dan dilunasi ke toko bangunan.
"Saya sudah hubungi beberapa kali ke nomor telepon genggamnya, namun selalu tidak ada jawaban. Juga sudah menghubungi penghubungnya yang pertama kali juga tidak ada jawaban,' tutur dia.