Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balai Arkeologi Sumsel: Ridwan Saidi yang Ngelantur

Kompas.com - 28/08/2019, 19:32 WIB
Aji YK Putra,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

"Bahasa Armenia memberi pengaruh besar pada bahasa Melayu. Jangan dibalik," lanjutnya.

Pria 77 tahun yang memberi pengantar pada buku kontroversial Garut Kota Illuminati itu menganggap, prasasti-prasasti yang selama ini dijadikan dasar bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya ditafsirkan secara keliru.

Menurut dia, apabila dibaca dengan bahasa Armenia, prasasti-prasasti itu bukan sedang menjelaskan adanya Kerajaan Sriwijaya.

"Oleh arkeolog dipukul rata itu bahasa Sanskerta, itu yang harus dikoreksi. Masa enggak boleh dikoreksi. Bantahlah argumentasi saya bahwa menggunakan prasasti Kedukan Bukit (sebagai bukti adanya Kerajaan Sriwijaya) salah karena yang mereka (arkeolog) andalkan itu. Maka saya katakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif," kata Ridwan.

Baca juga: Ridwan Saidi Klaim Sudah 30 Tahun Cari Jejak Kerajaan Sriwijaya

Dia juga mengaku sudah menelusuri langsung jejak-jejak keberadaan Kerajaan Sriwijaya. Semua penelusuran itu ia lakukan seorang diri, tanpa guru, tanpa kolega.

"Iya betul sekitar 1988-1989 saya sudah mulai (belajar bahasa kuno). Saya sendiri saja. Gurunya siapa, kan enggak ada kursusnya. Saya juga ngecek dong, saya sudah ke Palembang, ke prasasti Kedukan Bukit, situs-situs sudah saya kunjungi semua kok," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com