Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kuliner Tempo Dulu Dibalut Alunan Keroncong di Sar Londo Magetan...

Kompas.com - 11/02/2019, 08:23 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Kedai penjual juga dibangun dari anyaman sesek (anyaman bambu), dinaungi dengan atap dari jerami kering, serta struktur bangunan dari bambu.

Dengan tempat duduk atau lincak dan meja dari kayu, semakin memperkental suasana pasar tardisional zaman dahulu.

Baca juga: Mengenal Jenang dan Tradisi Bakdo Ketupat Warga Jawa Tondano...

 

Bahkan, untuk mendukung suasana, bola lampu yang dipasang pun berwana kuning kecokelatan, sehingga menguatkan kesan pasar zaman dahulu.

"Kalu malam, lokasi ini digunakan untuk ngopi,” imbuh Soleh.

Untuk lebih menguatkan kesan zaman dahulu, pengelola juga menghadirkan hiburan musik dengan konsep mengamen akustik dari sejumlah pemusik keroncong maupun pemusik angklung.

Alunan merdu musik keroncong akan membawa kenangan para pengunjung yang rata-rata memiliki kenangan dengan pasar tradisional.

"Menunya suasananya memang mengajak kita kembali di era tahun 70-an sampai 80-an. Semua serba tradisional, pasarnya dari bambu, menunya zaman dahulu, saya menikmati suasananya,” ujar Rahmat, salah satu pengunjung dari Kota Ngawi, yang harus menempuh jarak sekitar 80 kilometer dari Kabupaten Magetan.

Tak menggunakan plastik

Selain menyajikan kenangan pasar lama, pengelola Sar Londo juga berupaya menghadirkan pasar tanpa plastik. Semua peralatan kebanyakan menggunakan piring dan periuk dari tanah.

Tempat memajang jajanan pun menggunakan peralatan dari bambu dan kayu.

"Kami memang belum bisa menerapkan 100 persen bebas plastik, setidaknya semua peralatan di Sar Londo sudah diupayakan bebas plastik. Paling mangkok dari keramik,” kata Soleh.

Tempat ini bahkan disinggahi oleh Ketua KPK Agus Rahardjo. Agus mengaku bernostalgia dengan mengunjungi Sar Londo tersebut.

Dia mengaku, berburu menu nasi pecel dengan lauk tempe dari Desa Terung, di pasar tradisional tersebut.

Baca juga: Jenang Kudus Itu Sangat Potensial, Harus Go International

 

"Dulu memang ada, kalau tidak salah bukanya setiap malam Jumat wage atau kliwon, saya lupa,” ujar dia.

Agus yang merupakan putra kelahiran Magetan tersebut mengaku senang dengan keberadaan Sar Londo, karena dengan menyajikan kuliner tempo dulu, generasi muda saat ini yang lebih dekat dengan makanan cepat saji akan mengetahui ragam kuliner tradisional.

Menurut dia, kuliner tradisional lebih sehat karena disajikan tanpa menggunakan bahan pengawet.

"Sekarang dihidupkan lagi supaya generasi kita lebih mengenal makanan trasisional daripada mengenal makanan yang seperti burger, pizza, dan lainnya. Ini jauh lebih bagus, kita lebih mengenal lingkungan kita untuk mengutamakan memakan dari produksi dalam negeri,” imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com