Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Oma Hanna dan Persaudaraan yang Tulus Saat Konflik Ambon

Kompas.com - 02/12/2018, 08:04 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Khairina

Tim Redaksi

Abidin menjelaskan kisah Hanna dan keluarganya merupakan modal sosial sekaligus kultural yang lahir dari relasi hidup orang bersaudara yang memiliki tanggung jawab untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain.

Menurutnya, saat konflik Maluku pecah, ada banyak pengalaman kemanusiaan yang terjadi karena ada orang Muslim yang melindungi saudaranya yang beragama Kristen, begitu pun sebaliknya ada orang Kristen yang melindungi saudaranya yang Muslim.

“Itu yang disebut dengan narasi-narasi kecil perdamaian. Ada semacam negasi bahwa orang Kristen dan Islam sudah saling benci luar biasa padahal ada narasi kecil perdamaian, ada cerita saling melindungi, misalnya di Batu Merah ada orang muslim yang melindungi saudaranya yang Kristen begitupun sebaliknya ada orang Kristen di Passo yang melindungi saudaranya yang muslim,” jelasnya.

Baca juga: Komandan Hamas Terbunuh dalam Konflik dengan Israel di Jalur Gaza

Dia mengatakan keikhlasan orang muslim untuk melindungi saudaranya yang Kristen begitupun sebaliknya tidaklah tanpa alasan namun karena ada relasi yang kuat seperti karena sesama tetangga atau kenalan ada berbasis hubungan pela dan gandong ada juga karena kemanusiaan.

“Ke depan model cerita seperi ini harus dikembangkan agar generasi muda bisa belajar untuk saling menghargai, saat konflik banyak narasai-narasi keceil yang tidak dibicarakan dan itu harus diwarisi, itu harus diceritakan sebagai sukses story, bagi generasi muda kedepan, dan MUI sangat mendukung itu,”ungkapnya.

Sekretaris Umum Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Elifas Maspaitella mengungkapkan sebenarnya ada banyak sekali narasi perdamaian yang tidak terungkap saat konflik berkecamuk di Maluku dan salah satu kisah tentang keluarga Hanna Mairissa menjadi bukti bahwa relasi sosial kemanusiaan begitu kuat di Maluku.

“Sesungguhnya itu juga yang menjadi dasar kita bikin buku cerita orang basudara itu, ada realitas perdamaian yang tidak terungkap sehingga dia tidak menjadi narasi, yang ada hanya tentang perang, pengungsi padahal ada banyak narasi perdamaian,”ungkapnya.

Maspaitella menjelaskan, berbagai realitas dan relasi sosial kemanusiaan dan keagamaan yang terbangun saat konflik hingga orang Kristen mau melindungi saudaranya yang muslim dan sebaliknya orang muslim mau melindungi saudaranya yang Kristen menjadi bukti bahwa konflik Ambon bukanlah konflik agama.

“Jadi saya kira realitas seperti itu yang saya kira menjadi cerminan sekaligus bukti bahwa tesis konflik Maluku sebagai konflik agama itu sesuatu yang lemah atau bahkan bisa dibantah,”ujarnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com