Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Oma Hanna dan Persaudaraan yang Tulus Saat Konflik Ambon

Kompas.com - 02/12/2018, 08:04 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Khairina

Tim Redaksi


“Waktu itu warga di sini tiap malam menjaga rumah kami, mereka memantau dan terus melindungi kami. Saya juga sering memberi kacang hijau bagi mereka yang berjaga-jaga,” kisah Hanna yang juga pensiunan pegawai pendidikan dan kebudayaan ini.

Hanna sendiri saat itu tinggal bersama kedua orangtuanya dan juga seorang kakaknya.

Namun, kini kedua orang tuanya telah meninggal dunia termasuk juga kakaknya. Sementara suami Hanna telah meninggal dunia sebelum kerusuhan pecah.

Baca juga: Digelar Perdana, Rapat Dengar Kesaksian Korban Konflik Aceh Diwarnai Haru

Hanna mengungkapkan, selama konflik berlangsung tetangganya begitu memperhatikan dan melindungi keluarganya, bahkan banyak tetangga yang memberikan bantuan bahan makanan untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya di masa konflik.

“Ada yang membawa beras, kacang hijau dan makanan untuk kami, jadi kami sangat merasa di lindungi,”akunya.

Keluar dari rumah

Situasi konflik yang terus mencekam dan memakan korban jiwa yang sangat banyak membuat Hanna dan keluarganya terpksa harus rela meninggalkan rumah mereka dan berpisah dengan para tetangganya yang sudah dianggap lebih dari saudara itu.

Hanna dan keluarganya sendiri bertahan di rumah mereka selama kurang lebih 20 hari lamanya. Mereka terpaksa meninggalkan rumah dan tetangganya karena banyak korban kerusuhan yang rumahnya terbakar mulai mengungsi tak jauh dari tempat tinggalnya.

Menurut Hanna, sebelum keluarganya pergi meninggalkan rumah, sejumlah warga sempat mendatangi keluarganya dan meminta secara baik-baik agar mereka pergi.

Warga terpaksa meminta Hanna dan keluarganya mengungsi karena takut dengan keselamatan mereka.

“Waktu itu dengan menangis, istri Ustaz Leisouw dan anaknya mendatangi rumah dan memberitahukan secara baik-baik sebaiknya kami mengungsi dulu. Keluarga Leisouw saat ini sudah berada di kampung halamannya,”kisahnya.

Situasi konflik yang terus memanas dan meluas membuat Hanna dan kelarganya sadar, meski tetangganya terus melindungi keselamatan mereka, kapan saja situasi terburuk bisa dapat terjadi.

Karenanya, mereka sangat menghargai dan menerima dengan lapang dada saat ada warga yang datang meminta Hanna dan keluarganya untuk pergi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com