Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Oma Hanna dan Persaudaraan yang Tulus Saat Konflik Ambon

Kompas.com - 02/12/2018, 08:04 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Khairina

Tim Redaksi

Menurut warga, keluarga Hanna merupakan keluarga Kristen yang sangat taat dan selalu berbuat baik terhadap sesama. Sikap mereka itulah yang membuat warga berusaha melindungi keluarga tersebut saat konflik berkecamuk.

“Ayah ibu Hanna itu seorang pendeta yang taat. Mereka itu keluarga baik dan sangat menghormati tetangga disini,” kata Jasia, salah satu warga, kepada Kompas.com.

Menurut ibu paruh baya ini, sebelum konflik terjadi, Hanna dan keluarganya kerap terlibat dalam berbagai kegiatan bersama warga di Lorong Permi. Begitu pun sebaliknya, saat konflik selesai dan Hana kembali ke rumahnya, dia tetap berbaur dengan warga.

“Itu yang membuat warga senang. Jadi apa yang diceritakan ibu Hanna itu semuanya benar, dia itu orangnya sangat baik sama seperti orang tuanya,”ujarnya.

Baca juga: Konflik Gaza: Skenario Saudi untuk Alihkan Kasus Jamal Khashoggi?

Muhamad, salah satu warga lainnya menuturkan, selain sangat baik hati, Hanna dan keluarganya terbuka dengan masyarakat sekitar. Hal itulah yang membuat tidak ada batas antara Hanna dan warga di kampung tersebut.

“Orangnya sangat baik, itu rumah yang berdiri di sebelah rumah ibu Hanna itu dikasih oleh ibu Hanna kepada keluarga itu untuk dibangun,” ujarnya.

Muhamad mengaku warga juga tidak mau membeda-bedakan perbedaan agama yang dianut oleh Hanna, sebab bagi warga Lorong Permi, Hanna telah menjadi saudara mereka sendiri.

”Itu tidak penting lagi, kita orang Maluku harus berfikir maju, harus saling menopang untuk Maluku yang lebih damai,” pungkasnya.

Narasi perdamaian

Ketua I Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku Abidin Wakano mengatakan, kisah persaudaraan yang dibangun atas dasar saling percaya antarsesama umat beragama saat konflik Ambon harus dapat menjadi pembelajaran bahwa banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam relasi sosial orang bersaudara harus tetap dijaga.

“Saya tahu cerita itu. Menurut saya itu adalah bagian dari story telling, bagian dari narasi kecil perdamaian bahwa banyak pembelajaran yang didapat dari interaksi informal. Bahwasanya banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam relasi sosial hidup orang basudara di Maluku,”ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com