Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 BERITA POPULER NUSANTARA: Tragedi Pasangan Manula di Bone hingga Fakta Seputar "Tampang Boyolali"

Kompas.com - 06/11/2018, 05:06 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berita populer pada awal pekan ini masih seputar polemik pidato Prabowo Subianto di Boyolali.

Fakta tentang seputar "Tampang Boyolali" menyedot perhatian pembaca yang ingin mengetahui duduk perkara sebenarnya.

Selain itu, seorang kakek berusia 80 tahun di Bone, Sulawesi Selatan, menjadi gelap mata ketika istrinya yang berusia 60 tahun, menolak ajakan untuk berhubungan intim.

Inilah secara lengkap 5 berita populer Nusantara.

1. Fakta seputar pidato "Tampang Boyolali" Prabowo

Warga Boyolali membawa poster dan spanduk protes terhadap pidato Prabowo memadati ruangan di Balai Sidang Mahesa di Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (4/11/2018).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Warga Boyolali membawa poster dan spanduk protes terhadap pidato Prabowo memadati ruangan di Balai Sidang Mahesa di Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (4/11/2018).

Fakta Pidato Prabowo Subianto di Boyolali yang berujung protes warga Boyolali terus berkembang.

Sejumlah tokoh dari kubu Prabowo Subianto angkat bicara untuk meluruskan maksud pidato Prabowo Subianto.

Sementara itu, aksi ribuan warga di Boyolali pada hari Minggu (4/11/2018) kemarin, dinilai telah melanggar aturan.

Seperti diketahui, seorang warga Boyolali bernama Dakun, melaporkan Prabowo ke Polda Metro Jaya usai melihat unggahan video di Youtube yang berisi penggalan Prabowi saat berpidato di Boyolali.

Saat itu Prabowo menghadiri acara persemian kantor pemenangan Prabowo-Sandiaga di Kota Susu tersebut. 

Bagaimana kasus ini akan berakhir?

Baca berita selengkapnya: 5 Fakta Penting Kasus "Tampang Boyolali", Pidato Lengkap Prabowo hingga Menuai Gelombang Protes

2. 12 "pocong" yang meresahkan warga ditangkap

 Foto Dok Polres Nunukan. Meresahkan warga, anggota Tim Buru Sergap (Buser) Puma Mapolsek Nunukan   mengamankan 12 pocong yang terdiri dari anak anak SD dan SMP. KOMPAS.com/ DOKUMEN POLRES NUNUKAN Foto Dok Polres Nunukan. Meresahkan warga, anggota Tim Buru Sergap (Buser) Puma Mapolsek Nunukan mengamankan 12 pocong yang terdiri dari anak anak SD dan SMP.

12 anak-anak yang menyamar jadi pocong di pinggir jalan telah diamankan polisi. Polisi memergoki aksi jahil anak-anak tersebut saat melintas di jalan tak jauh dari Desa Tanah Merah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

"Tim Puma yang tengah melakukan patroli pada pukul 01.00 Wita dikejutkan dengan kemunculan beberapa sosok putih yang tiba-tiba muncul dari bangunan di pinggir jalan dan melompat-lompat," kata Kaur Sub Bagian Humas Polres Nunukan Inspektur Polisi Satu Muhammad Karyadi, Senin (5/11/2018).

Curiga dengan keberadaan "pocong-pocong" tersebut, tim Puma kemudian mengejar keberadaan mereka. Tahu dikejar polisi, 12 pocong tersebut lari tunggang langgang.

"Mereka anak-anak yang masih pelajar SD dan SMP," imbuh M Karyadi.

Orangtua mereka pun segera dipanggil ke kantor polisi.

Baca berita selengkapnya: Resahkan Warga, 12 "Pocong" Diamankan Polisi

3. Tragedi pasutri manula di Bone

Ilustrasi PembunuhanJITET Ilustrasi Pembunuhan

Seorang kakek di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, nekat melukai leher istrinya dengan parang hingga tewas.

Polisi telah menangkap AS (80) dan mengamankan barang bukti berupa parang yang digunakan.

AS gelap mata setelah IS (60) yang juga istrinya, menolak untuk melayani hasrat syahwatnya hanya karena mengantuk.

Awalnya, pelaku, AS (80), terbangun pada dini hari dan langsung membangunkan istrinya, IS (60) untuk berhubungan badan. Namun ajakan berhubungan intim tersebut ditolak oleh IS dengan alasan ngantuk.

"Jadi kronologinya saat itu pelaku bangun subuh dan minta dilayani sama istrinya tapi ditolak karena alasan mengantuk. Di situlah pelaku kalap dan langsung mengambil parang dan menganiaya istrinya," kata Kapolsek Cina Iptu Abdul Rahim yang dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/11/2018).

Gelap mata dan hati membutakan nurani AS.

Baca berita selengkapnya: Resahkan Warga, 12 "Pocong" Diamankan Polisi

4. Kisah duka keluarga korban tragedi Lion JT 610

Sejumlah pelayat berdiri di samping peti mati berisi jenazah Harwinoko, salah satu korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Jasad Harwinoko berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Mabes Polri, Minggu (4/11/2018). Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jalan Palayu Raya, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. KOMPAS.com/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH Sejumlah pelayat berdiri di samping peti mati berisi jenazah Harwinoko, salah satu korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Jasad Harwinoko berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Mabes Polri, Minggu (4/11/2018). Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jalan Palayu Raya, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

Sejumlah kisah terungkap ketika jenazah korban kecelakaan pesawat telah teridentifikasi dan diserahkan ke keluarga untuk diidentifikasi.

Duka dan kenangan mengiringi jenazah ke pusara. Tangisan dan doa dari keluarga dan kerabat terus dipanjatkan.

Seperti diketahui, korban pertama yang berhasil diidentifikasi adalah Jannatun Cintya Dewi, warga Sidoarjo, Jawa Timur.

Deretan kisah keluarga duka para korban tersebut menjadi perhatian pembaca.

Baca berita selengkapnya: Kisah Duka Keluarga Korban Tragedi Lion Air JT 610, Tinggalkan Istri Hamil hingga Tak Pakai Nama Ayah

5. "Berdamai" dengan stigma, yang lebih "kejam" dari HIV

Kegiatan VCT Mobile Puskesmas Tamblong di Gedung Serba Guna RW 09, Kelurahan Braga, Kecamatan  Sumur Bandung, Kota Bandung.KOMPAS.com/RENI SUSANTI Kegiatan VCT Mobile Puskesmas Tamblong di Gedung Serba Guna RW 09, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.

AT (35) tampak sibuk ditengah puluhan orang yang hadir di Gedung Serba Guna RW 09, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. At dan puluhan warga sedang mengikuti acara VCT Mobile Puskesman Tamblong.

AT dengan penuh kesabaran berbincang dengan seorang ibu yang duduk di hadapannya. AT kemudian menuliskan identitas ibu tersebut dan menjelaskan sekilas tentang tes HIV/AIDS.

Tiga jam berlalu, acara pun usai. AT pun menceritakan kisah hidup dan pengalamannya sejak memutuskan menjadi relawan tahun 2013 lalu.

AT fokus melakukan pendampingan pada komunitas gay. Salah satunya, meyakinkan mereka untuk tes HIV. Jika dihitung, sampai akhir Oktober 2018, sudah 400an orang yang ia ajak tes HIV.

“Ini salah satu kerjaan saya teh,” ujar AT kepada Kompas.com, belum lama ini.

“Saya pegang komunitas gay. Gampang-gampang susah ngajak mereka tes HIV. Ada yang cukup 1-2 kali diajak, mau tes. Itu karena biasanya mereka sadar mereka populasi kunci (berisiko tinggi tertular HIV) dan ingin hidup sehat. Tapi ada juga yang dua tahun diajakin, baru mau dites,” tuturnya.

Meskipun AT negatif HIV, namun hiudpnya sebagai seorang gay pun penuh dengan stigma. Baik dari keluarga ataupun teman-temannya.

AT pun bisa merasakan beratnya perjuangan hidup rekan-rekannya yang positif HIV sekaligus menghadapi stigma masyarakat, yang justru lebih kejam dari HIV itu sendiri.

Baca berita selengkapnya: "Bukan HIV yang Membunuh, Tapi Stigma” (1)

Sumber: KOMPAS.com (Reni Susanti, Michael Hangga Wismabrata, Sukoco, Abdul Haq)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com