Salin Artikel

5 BERITA POPULER NUSANTARA: Tragedi Pasangan Manula di Bone hingga Fakta Seputar "Tampang Boyolali"

KOMPAS.com - Berita populer pada awal pekan ini masih seputar polemik pidato Prabowo Subianto di Boyolali.

Fakta tentang seputar "Tampang Boyolali" menyedot perhatian pembaca yang ingin mengetahui duduk perkara sebenarnya.

Selain itu, seorang kakek berusia 80 tahun di Bone, Sulawesi Selatan, menjadi gelap mata ketika istrinya yang berusia 60 tahun, menolak ajakan untuk berhubungan intim.

Inilah secara lengkap 5 berita populer Nusantara.

Fakta Pidato Prabowo Subianto di Boyolali yang berujung protes warga Boyolali terus berkembang.

Sejumlah tokoh dari kubu Prabowo Subianto angkat bicara untuk meluruskan maksud pidato Prabowo Subianto.

Sementara itu, aksi ribuan warga di Boyolali pada hari Minggu (4/11/2018) kemarin, dinilai telah melanggar aturan.

Seperti diketahui, seorang warga Boyolali bernama Dakun, melaporkan Prabowo ke Polda Metro Jaya usai melihat unggahan video di Youtube yang berisi penggalan Prabowi saat berpidato di Boyolali.

Saat itu Prabowo menghadiri acara persemian kantor pemenangan Prabowo-Sandiaga di Kota Susu tersebut. 

Bagaimana kasus ini akan berakhir?

12 anak-anak yang menyamar jadi pocong di pinggir jalan telah diamankan polisi. Polisi memergoki aksi jahil anak-anak tersebut saat melintas di jalan tak jauh dari Desa Tanah Merah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

"Tim Puma yang tengah melakukan patroli pada pukul 01.00 Wita dikejutkan dengan kemunculan beberapa sosok putih yang tiba-tiba muncul dari bangunan di pinggir jalan dan melompat-lompat," kata Kaur Sub Bagian Humas Polres Nunukan Inspektur Polisi Satu Muhammad Karyadi, Senin (5/11/2018).

Curiga dengan keberadaan "pocong-pocong" tersebut, tim Puma kemudian mengejar keberadaan mereka. Tahu dikejar polisi, 12 pocong tersebut lari tunggang langgang.

"Mereka anak-anak yang masih pelajar SD dan SMP," imbuh M Karyadi.

Orangtua mereka pun segera dipanggil ke kantor polisi.

Seorang kakek di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, nekat melukai leher istrinya dengan parang hingga tewas.

Polisi telah menangkap AS (80) dan mengamankan barang bukti berupa parang yang digunakan.

AS gelap mata setelah IS (60) yang juga istrinya, menolak untuk melayani hasrat syahwatnya hanya karena mengantuk.

Awalnya, pelaku, AS (80), terbangun pada dini hari dan langsung membangunkan istrinya, IS (60) untuk berhubungan badan. Namun ajakan berhubungan intim tersebut ditolak oleh IS dengan alasan ngantuk.

"Jadi kronologinya saat itu pelaku bangun subuh dan minta dilayani sama istrinya tapi ditolak karena alasan mengantuk. Di situlah pelaku kalap dan langsung mengambil parang dan menganiaya istrinya," kata Kapolsek Cina Iptu Abdul Rahim yang dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/11/2018).

Gelap mata dan hati membutakan nurani AS.

Sejumlah kisah terungkap ketika jenazah korban kecelakaan pesawat telah teridentifikasi dan diserahkan ke keluarga untuk diidentifikasi.

Duka dan kenangan mengiringi jenazah ke pusara. Tangisan dan doa dari keluarga dan kerabat terus dipanjatkan.

Seperti diketahui, korban pertama yang berhasil diidentifikasi adalah Jannatun Cintya Dewi, warga Sidoarjo, Jawa Timur.

Deretan kisah keluarga duka para korban tersebut menjadi perhatian pembaca.

AT (35) tampak sibuk ditengah puluhan orang yang hadir di Gedung Serba Guna RW 09, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. At dan puluhan warga sedang mengikuti acara VCT Mobile Puskesman Tamblong.

AT dengan penuh kesabaran berbincang dengan seorang ibu yang duduk di hadapannya. AT kemudian menuliskan identitas ibu tersebut dan menjelaskan sekilas tentang tes HIV/AIDS.

Tiga jam berlalu, acara pun usai. AT pun menceritakan kisah hidup dan pengalamannya sejak memutuskan menjadi relawan tahun 2013 lalu.

AT fokus melakukan pendampingan pada komunitas gay. Salah satunya, meyakinkan mereka untuk tes HIV. Jika dihitung, sampai akhir Oktober 2018, sudah 400an orang yang ia ajak tes HIV.

“Ini salah satu kerjaan saya teh,” ujar AT kepada Kompas.com, belum lama ini.

“Saya pegang komunitas gay. Gampang-gampang susah ngajak mereka tes HIV. Ada yang cukup 1-2 kali diajak, mau tes. Itu karena biasanya mereka sadar mereka populasi kunci (berisiko tinggi tertular HIV) dan ingin hidup sehat. Tapi ada juga yang dua tahun diajakin, baru mau dites,” tuturnya.

Meskipun AT negatif HIV, namun hiudpnya sebagai seorang gay pun penuh dengan stigma. Baik dari keluarga ataupun teman-temannya.

AT pun bisa merasakan beratnya perjuangan hidup rekan-rekannya yang positif HIV sekaligus menghadapi stigma masyarakat, yang justru lebih kejam dari HIV itu sendiri.

Sumber: KOMPAS.com (Reni Susanti, Michael Hangga Wismabrata, Sukoco, Abdul Haq)

https://regional.kompas.com/read/2018/11/06/05060051/5-berita-populer-nusantara--tragedi-pasangan-manula-di-bone-hingga-fakta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke