Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelam Tradisional Ponton Timah Apung Tewas Tertimpa Batu

Kompas.com - 06/11/2018, 00:07 WIB
Heru Dahnur ,
Khairina

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com- Aktivitas tambang timah konvensional kembali menelan korban jiwa di Kepulauan Bangka Belitung.

Hendri (30) tewas tertimpa longsoran batu saat menyelam di lepas pantai Dusun Jebus, Parittiga, Bangka Barat saat berupaya mendapatkan pasir timah.

Kapolsek Jebus AKP Andi Purwanto mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut.

"Korban bekerja pada tambang ponton apung. Sempat dilarikan ke Puskesmas Sekar Biru, tapi tidak tertolong lagi," kata Andi, Senin (5/11/2018).

Baca juga: Cerita Archandra di Balik Lahirnya Aplikasi Monitoring Perusahaan Tambang

Dia mengungkapkan, peristiwa yang terjadi Minggu (4/11/2018) sekitar pukul 10.00 WIB itu pertama kali dilaporkan rekan korban.

Kejadian bermula saat korban melakukan penyelaman dengan alat tradisional. Tiba-tiba, terjadi longsoran bongkahan batu. Korban tertimpa batu sehingga menyebabkan luka memar di bagian kepala, dada, dan tangan.

"Teman korban yang kebetulan menyelam tidak jauh dari korban naik ke permukaan. Ia menginformasikan kepada rekan korban yang berada di atas ponton bahwa Hendri yang sedang menyelam tertimpa batu gunung yang berukuran kurang lebih sebesar drum.  Batu itu berada di atas korban yang saat itu sedang menyedot tanah di dalam laut," ujar Andi.

Dari rumah sakit, korban dibawa ke rumah saudaranya di Suntai, Jebus untuk dimandikan dan dishalatkan. Selanjutnya, jenazah akan dibawa ke Lampung, kampung halaman korban.

Aktivitas tambang timah ponton apung kembali marak di daerah Jebus, Bangka Barat seiring tingginya permintaan pasir timah.

Upaya penertiban kerap dilakukan karena dinilai merusak lingkungan serta pertambangan itu tidak menggunakan peralatan memadai. Namun, banyak pekerja nekat beraktivitas secara diam- diam.

Kompas TV Penandatangan sales and purchasing agreement adalah tahap lanjutan dari perjanjian pendahuluan pada 7 juli 2018 lalu.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com