Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2018, 07:34 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Kompas TV 58 narapidana teroris akan di pindahkan dari Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah ke rumah tahanan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.

Saat itu, selaku kelompok teroris yang berafiliasi dengan kelompok Noordin M Top dan Al Qaeda, Abdurrahman mengaku diperintahkan untuk membunuh warga Amerika Serikat (AS) di mana pun berada.

Baca juga: Dua Napi Teroris Perempuan dan Bayinya Ikut Dipindah ke Nusakambangan

Setelah perencanaan matang dan bom sudah berada di posisi yang ditargetkan, Abdurrahman akhirnya menggagalkan upaya pengeboman itu sendiri.

Alasannya, karena ada seorang perempuan memakai jilbab yang masuk ke dalam kafe tersebut.

"Ketika sudah akan diledakkan, mungkin Allah belum menghendaki diledakkan, masuk wanita berjilbab di dalam kafe yang banyak turis itu. Bom sudah siap. Tombol satunya sudah on, sudah tinggal satunya lagi," katanya.

"Setelah ditunggu (wanita berjilbab) tidak keluar-keluar, akhirnya gagal. Karena kita perhitungkan itu adalah saudara Muslim. Akhirnya bomnya di off-kan tidak terjadi hari itu. Besoknya dicoba lagi, ternyata gagal lagi," terangnya.

Saat itu, aksi teror yang dilakukannya menggunakan remot kontrol, tidak menggunakan aksi bom bunuh diri seperti yang kebanyakan terjadi.

Lalu pada tahun 2008, Abdurrahman tertangkap dengan sejumlah barang bukti bom yang dibuatnya. Pada 2009, ia divonis 12 tahun penjara.

Baca juga: 145 Napi Teroris Dipindahkan Karena Rutan di Mako Brimob Rusak

Sebenarnya, Abdurrahman menolak sejumlah doktrin yang diajarkan kepadanya, seperti doktrin yang menganggap negara Indonesia dan pemerintahannya serta para pemimpinnya adalah kafir.

Begitu juga dengan polisi serta TNI yang dianggap sebagai ansharut thaghut atau pembela kafir.

Sayang, untuk menyampaikan penolakannya itu, Abdurrahman tidak memiliki pengetahuan yang cukup.

"Tapi saya untuk menolak polisi, TNI, dan penegak hukum (bahwa) tidak kafir, saya tidak punya ilmunya karena di sekeliling saya alirannya begitu," katanya.

Berubah karena Kalapas

Menurut Abdurrahman Taib, tidak mudah mengubah pola pikir orang-orang yang sudah terpapar aliran radikal. Dirinya sempat maju mundur saat hendak memutuskan untuk meninggalkan paham radikal yang didapatnya.

Baca juga: Napi Teroris Perencana Bom di Surabaya Dipindah ke Bengkulu

Hingga akhirnya, Farid Junaedi yang merupakan Kepala Lapas (Kalapas) Merah Mata Palembang waktu itu mendekatinya. Saat itu, Abdurrahman menjalani masa tahanan di lapas tersebut.

"Pak Farid ini mendekati kami sehingga kami menganggap sebagai manusia yang dimanusiakan," katanya.

Awalnya, Farid yang saat ini menjadi Kepala Lapas Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, memintanya untuk diajari mengaji. Abdurrahman melihat kesungguhan Farid dalam beribadah dan membuat Abdurrahman terenyuh.

Kondisi itu lantas menjadi salah satu penyebab Abdurrahman melepas paham radikal yang dianutnya.

"Awalnya saya yang ngajari memang. Tapi saya belum pernah mengamalkan ngaji sehari satu jus (Al Quran). Dia bisa sehari satu jus. Saya gurunya kok tidak bisa. Beliau ini Kalapas kemudian ngajinya baik, shalatnya baik, tahajud pula," katanya.

Hubungannya dengan kalapas itu terus membaik dan Abdurrahman mendapatkan surat keputusan (SK) bebas bersyarat pada tahun 2015.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com