Sambil menunjukkan foto-foto dampak letusan Gunung Agung pada 1963 yang dipasang di pos pantau, ia kemudian menjelaskan foto anak kecil yang di atas tandu, yang diletakkan di tanah.
Menurut Nengah Guna, anak kecil tersebut ditemukan masih hidup di bawah puing-puing bangunan beberapa hari setelah letusan besar.
"Mungkin keluarganya berpikir anak itu hilang, padahal tidak. Dia kelaparan saat ditemukan," tuturnya.
Selama beberapa bulan ia masih menemani tim tersebut untuk mengukur peta kawasan yang terdampak bencana letusan Gunung Agung. Mereka melalui abu pasir yang tebal dan masih panas.
Pada 1964, pos pantau darurat kemudian dipindahkan ke lokasi yang sekarang, namun dibangun semi permanen dari bambu dan kayu.
Pada 1965, Nengah Guna diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan bertugas resmi di pos tersebut.
"Saya hanya lulusan SD tapi saya diajari banyak hal, mulai menghitung gempa dan juga membantu pemetaan pada 1964 sampai 1965. Sekarang jadinya peta yang dipasang di pos," kata dia.
(Baca juga: BNPB Pasang Sirine dan Rambu Peringatan Bahaya di Sekitar Gunung Agung)