KOMPAS.com -Ada sejumlah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Tengah, dalam menyambut Ramadan.
Tradisi menyambut Ramadan di Jawa Tengah telah dilakukan secara turun temurun hingga sekarang.
Tradisi tersebut biasanya berlangsung meriah dan selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Berikut ini adalah sejumlah tradisi menyambut Ramadan di Jawa Tengah.
Dugderan adalah tradisi perayaan menyambut bulan Ramadan oleh umat Islam di Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan diselenggarakan setiap tahun.
Pada awalnya, tradisi dugderan dilakukan oleh pemerintah untuk menyamakan penentuan awal puasa dan hari raya.
Tradisi dugderan juga sebagai ungkapan rasa rindu masyarakat terhadap bulan Ramadan.
Baca juga: Mengenal 3 Tradisi di Semarang dan Tujuannya, Ada Dugderan
Pelaksanaan tradisi dugderan dilakukan sejak pagi hingga menjelang senja, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB hingga Magrib.
Tradisi diawali dengan pasar kaget dilanjutkan dengan karnaval, seperti warak ngendog yang diikuti arak-arakan mobil.
Warak ngendog adalah binatang rekaan bertubuh kambing, berkepala naga, dan sisiknya terbuat dari kertas warna-warni.
Binatang rekaan tersebut dilengkapi dengan telur rebus yang disebut endog.
Acara dilanjutkan dengan halaqah mengenai pengumuman awal mulai puasa yang dengan ditandai oleh pemukulan bedug.
Kemudian tradisi diakhiri dengan pembacaan doa bersama-sama.
Dugderan telah dilakukan sejak tahun 1881 M. Menurut cerita, pada zaman dahulu umat Islam memiliki perbedaan penentuan terkait permulaan puasa.
Tradisi nyadran biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta menjelang Ramadan, tepatnya bulan Sya'ban.
Budaya yang telah dilakukan ratusan tahun ini, antara lain berupa membersihkan makam leluhur maupun orang tua, membuat dan membagikan makanan tradisional, dan berdoa serta selamatan di sekitar area makam.
Dalam kalender Jawa, bulan ramadan disebut juga sebagai bulan Ruwah. Sehingga, tradisi nyadran juga dikenal sebagai acara Ruwah.