Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tradisi Menyambut Ramadan di Jawa Tengah, Ada Dugderan

Kompas.com - 22/02/2024, 20:03 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com -Ada sejumlah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Tengah, dalam menyambut Ramadan.

Tradisi menyambut Ramadan di Jawa Tengah telah dilakukan secara turun temurun hingga sekarang.

Tradisi tersebut biasanya berlangsung meriah dan selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Berikut ini adalah sejumlah tradisi menyambut Ramadan di Jawa Tengah.

Tradisi Menyambut Ramadan di Jawa Tengah

1. Dugderan, Semarang

Dugderan adalah tradisi perayaan menyambut bulan Ramadan oleh umat Islam di Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan diselenggarakan setiap tahun.

Pada awalnya, tradisi dugderan dilakukan oleh pemerintah untuk menyamakan penentuan awal puasa dan hari raya.

Tradisi dugderan juga sebagai ungkapan rasa rindu masyarakat terhadap bulan Ramadan.

Baca juga: Mengenal 3 Tradisi di Semarang dan Tujuannya, Ada Dugderan

Pelaksanaan tradisi dugderan dilakukan sejak pagi hingga menjelang senja, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB hingga Magrib.

Tradisi diawali dengan pasar kaget dilanjutkan dengan karnaval, seperti warak ngendog yang diikuti arak-arakan mobil.

Warak ngendog adalah binatang rekaan bertubuh kambing, berkepala naga, dan sisiknya terbuat dari kertas warna-warni.

Binatang rekaan tersebut dilengkapi dengan telur rebus yang disebut endog.

Acara dilanjutkan dengan halaqah mengenai pengumuman awal mulai puasa yang dengan ditandai oleh pemukulan bedug.

Kemudian tradisi diakhiri dengan pembacaan doa bersama-sama.

Dugderan telah dilakukan sejak tahun 1881 M. Menurut cerita, pada zaman dahulu umat Islam memiliki perbedaan penentuan terkait permulaan puasa.

2. Nyadran, Jawa Tengah

Menjelang bulan Ramadan, Warga Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo melaksanakan tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran ini dilakukan warga setiap tahun. KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Menjelang bulan Ramadan, Warga Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo melaksanakan tradisi Nyadran. Tradisi Nyadran ini dilakukan warga setiap tahun.

Tradisi nyadran biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta menjelang Ramadan, tepatnya bulan Sya'ban.

Budaya yang telah dilakukan ratusan tahun ini, antara lain berupa membersihkan makam leluhur maupun orang tua, membuat dan membagikan makanan tradisional, dan berdoa serta selamatan di sekitar area makam.

Dalam kalender Jawa, bulan ramadan disebut juga sebagai bulan Ruwah. Sehingga, tradisi nyadran juga dikenal sebagai acara Ruwah.

Tradisi nyadran merupakan hal yang penting untuk masyarakat jawa.

Baca juga: Tradisi Nyadran: Sejarah, Makna, dan Ragam Kegiatan

 

Para pewaris tradisi nyadaran akan menjadikan tradisi sebagai momentum untuk menghormati leluhur dan ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Nyadran biasanya dilakukan sekitar satu bulan sebelum puasa atau pada tanggal 15,20, dan 23 Ruwah.

3. Padusan, Jawa Tengah

Tradisi Padusan di Umbul Manten, Klaten, Rabu (22/3/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Tradisi Padusan di Umbul Manten, Klaten, Rabu (22/3/2023).

Padusan adalah tradisi menyambut ramadan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Tradisi yang telah berlangsung secara turun-temurun ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur maupun sumber mata air.

Makna padusan adalah menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut datangnya bulan Ramadan.

Baca juga: Tradisi Padusan Usai Pandemi, Umbul Manten di Klaten Kembali Dipadati Ribuan Pengunjung

Dalam makna yang lebih dalam, padusan juga sebagai media untuk merenung dan instropeksi dari berbagai kesalahan yang telah diperbuat pada masa lalu.

4. Dhandhangan, Kudus

Tarian Caping Kalo dalam Dandangan 2023 digelar untuk menyambut Ramadan 1444 HijriahYayasan Karya Bakti Nojorono Tarian Caping Kalo dalam Dandangan 2023 digelar untuk menyambut Ramadan 1444 Hijriah

Dhandhangan adalah festival sebagai tanda dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Kata dhandhangan adalah onomatope atau tiruan bunyi dari suara bedug khas Masjid Manara Kudus. Resonansi bedug tersebut menimbulkan bunyi nyaring, Dang!.

Bunyi bedug menjadi awal datangnya bulan puasa yang kemudian disebut Dhandhangan.

Pada awalnya, dhandhangan merupakan tempat berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang ramadan.

Baca juga: Dhandhangan dan Masjid Menara Kudus

 

Mereka menunggu pengumuman dari Sunan Kudus mengenai penentuan awal puasa.

Rangkaian tradisi dhandhangan yang biasa dilakukan, adalah pasar malam yang digelar sepuluh hari menjelang ramadan, kirab, dan puncaknya adalah memukul bedug Masjid Menara Kudus sebagai tanda awal bulan puasa.

5. Arwah jamak, Demak

Warga Desa Karangsari,  Kecamatan Karangtengah Demak, saat berdoa  bersama di Mushola Darussalam untuk “mengirimkan” doa dalam tradisi Arwah Jamak pada malam ke 27  Ramadhan, Jumat (1/7/2016) Kontributor Demak, Ari Widodo Warga Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah Demak, saat berdoa bersama di Mushola Darussalam untuk “mengirimkan” doa dalam tradisi Arwah Jamak pada malam ke 27 Ramadhan, Jumat (1/7/2016)

Arwah jamak adalah tradisi pembacaan doa untuk orag tua, sanak saudara, dan leluhur yang telah meninggal dunia.

Doa tersebut dibacakan menjelang datangnya bulan Ramadan maupun sepuluh hari terakhir pada malam ganjil di bulan puasa ramadan.

6. Baratan, Jepara

Sosok pemeran Ratu Kalinyamat dalam tradisi baratan di JeparaTribunMuria.com/Yunan Setiawan Sosok pemeran Ratu Kalinyamat dalam tradisi baratan di Jepara

Baratan adalah tradisi masyarakat Jepara yang berupa arak-arakan lampion setiap 15 Sya'ban atau 15 hari sebelum puasa Ramadan.

Tradisi baratan berkaitan dengan peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Aryo Panangsang.

Konon pada saat menyambut iring-iring rombongan yang membawa jenazah Sultan Hadirin.

Masyarakat membawa impes atau lampion sepanjang perjalanan sebagai penghormatan. Peristiwa tersebut bertepatan dengan Nisfu Sya'ban.

Baca juga: Asal-usul Tradisi Baratan di Jepara, Pesta Rakyat Sebelum Ramadhan 

Adapun kata 'baratan' berasal dari sebuah kata bahasa Arab, yaitu "bara'ah" yang berarti keselmatan atau "berkah" yang berarti keberkahan.

Tradisi baratan dilakukan setiap tanggal 15 ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban.

Sebelum pawai, masyarakat akan membaca surat yasin sebanyak tiga kali dan membaca do'a Nisfu Sya'ban yang dipimpin oleh ulama atau kyai di masjid atau mushola.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan makan (bancaan) puli (makanan yang terbuat dari beras) bersama-sama dan melepas arak-arakan.

Penulis: Ulfa Arieza, Widodo | Editor: Anggara Wikan Prasetya

Sumber:

gayamsari.semarangkota.go.id

 

menpan.go.id

 

travel.kompas.com

 

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

 

regional.kompas.com

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Kecanduan Judi Slot, 2 Pemuda di Musi Rawas Gasak Kursi Taman

Regional
Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Pj Gubernur Nana: Pemprov Jateng Berkomitmen Jadikan Rawa Pening Bermanfaat bagi Masyarakat

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Kembalikan Formulir di PDI-P, 3 Pendaftar Penjaringan Pilkada Kabupaten Semarang Bertemu

Regional
Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Sempat Tak Sadarkan Diri, Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur Sadar Usai Operasi Otak

Regional
BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

Regional
Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Regional
Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Regional
Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com