Baratan adalah tradisi masyarakat Jepara yang berupa arak-arakan lampion setiap 15 Sya'ban atau 15 hari sebelum puasa Ramadan.
Tradisi baratan berkaitan dengan peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Aryo Panangsang.
Konon pada saat menyambut iring-iring rombongan yang membawa jenazah Sultan Hadirin.
Masyarakat membawa impes atau lampion sepanjang perjalanan sebagai penghormatan. Peristiwa tersebut bertepatan dengan Nisfu Sya'ban.
Baca juga: Asal-usul Tradisi Baratan di Jepara, Pesta Rakyat Sebelum Ramadhan
Adapun kata 'baratan' berasal dari sebuah kata bahasa Arab, yaitu "bara'ah" yang berarti keselmatan atau "berkah" yang berarti keberkahan.
Tradisi baratan dilakukan setiap tanggal 15 ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban.
Sebelum pawai, masyarakat akan membaca surat yasin sebanyak tiga kali dan membaca do'a Nisfu Sya'ban yang dipimpin oleh ulama atau kyai di masjid atau mushola.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan makan (bancaan) puli (makanan yang terbuat dari beras) bersama-sama dan melepas arak-arakan.
Penulis: Ulfa Arieza, Widodo | Editor: Anggara Wikan Prasetya
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.