NUNUKAN, KOMPAS.com – Sektor ekonomi masyarakat di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sangat bergantung rumput laut.
Perputaran uang yang cepat, dengan hasil 10.000 ton per bulan, membuat banyak profesi beralih ke budi daya rumput laut.
Imbasnya, areal persawahan ditinggalkan, sehingga potensi kerawanan pangan, mengancam ketahanan pangan di wilayah perbatasan RI–Malaysia ini.
Baca juga: Jokowi Sebut Bila APBN Memungkinkan, April-Juni Bantuan Pangan Diteruskan
"Kita sadar jika fenomena ini dibiarkan, maka untuk menuju swasembada beras semakin jauh. Kita terus meramu strategi untuk stimulan petani agar tak meninggalkan sawahnya," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Muhtar, Kamis (4/1/2023).
Salah satu strategi yang dilakukan DKPP Nunukan adalah mendatangkan bantuan pupuk NPK gratis, alokasi dari Kementerian Pertanian.
Ada 11 kontainer pupuk NPK seberat 250 ton, yang mulai didistribusikan kepada para petani Nunukan agar kembali produktif menggarap sawahnya.
Baca juga: Pemkab Flores Timur Siapkan 100 Ton Beras untuk Pengungsi Lewotobi
Muhtar mengatakan, terhitung sejak 2014, potensi pertanian di Nunukan terus berkurang.
Akibatnya, ketergantungan Kabupaten Nunukan terhadap pangan dari Sulawesi, Surabaya, bahkan Tawau, Malaysia, menjadi permasalahan serius.
"Data kami, ada sekitar 5.000 hektar sawah di Kabupaten Nunukan. Tapi yang eksisting tidak sampai setengahnya. Semua beralih ke rumput laut. Memang kita tidak bisa melarang masyarakat yang ingin perputaran uang cepat. Hanya saja, kebutuhan pangan harus menjadi pemikiran serius," tegasnya.
Kendati 5.000 hektar sawah di Kabupaten Nunukan produktik, tetap belum bisa memenuhi kebutuhan beras masyarakat.
Dinas Pertanian mencatat, Nunukan hanya mampu memenuhi 56 persen kebutuhan beras.
Belum lagi ada sejumlah wilayah di Kecamatan Sebuku dan sekitarnya, yang semua lahannya dikuasai perusahaan perkebunan.
Lahan-lahan di wilayah tersebut, masuk dalam HGU perusahaan perkebunan kelapa sawit, sehingga menambah sulitnya pemenuhan kebutuhan beras di Nunukan.
"Kalau bicara swasembada beras, Nunukan masih sangat, sangat jauh. Butuh sekitar 11.000 hektar lahan sawah. Jadi masih kurang 6.000 hektar lagi baru bisa swasembada beras," tutur Muhtar.
Alih profesi petani ke pembudidaya rumput laut, lanjut Muhtar, memang simalakama.