KOMPAS.com - Masyarakat di wilayah Tegal tentu tidak asing dengan nama Ki Gede Sebayu.
Ki Gede Sebayu adalah pendiri tlatah Tegal sekaligus sosok yang menjadi bupati pertama di Kabupaten Tegal.
Baca juga: 10 Makanan Khas Tegal, Salah Satunya Soto Tauco
Tak hanya berjasa membangun Tegal, Ki Gede Sebayu juga menjadi ulama yang dihormati karena menjadi sosok yang menyebarkan ajaran islam di wilayah ini.
Oleh karena itu, siapa sebenarnya sosok Ki Gede Sebayu menjadi menarik untuk disimak.
Baca juga: Tak Cuma di Banyumas, Jembatan Kaca The Geong Juga Ada di Guci Tegal, Seluruhnya Telah Ditutup
Dilansir dari laman djkn.kemenkeu.go.id dan Tribun-Pantura.com, Ki Gede Sebayu merupakan putra dari Pangeran Onje, Adipati Purbalingga.
Ki Gede Sebayu yang memiliki nama asli Raden Atmo Arsantika ini merupakan putra ke-22 dari 90 bersaudara.
Semenjak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh Pangeran Wunut hingga tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tekun, dan ramah.
Baca juga: Legenda Tatah, Teh Wangi Melati Asal Slawi Tegal, Ada Sejak 1928
Ki Gede Sebayu kemudian menikah dengan Raden Ayu Saadah yang memiliki gelar bangsawan yaitu Raden Ayu Buyut Emas.
Pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak, yang bernama Raden Mas Hanggawana dan Raden Ayu Roro Gianti Subalaksana.
Raden Ayu Roro Gianti Subalaksana kemudian menikah dengan Ki Jadug (Pangeran Purbaya) putra dari Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati) raja pertama Mataram Islam yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta.
Dilansir dari laman djkn.kemenkeu.go.id, Ki Gede Sebayu sempat menjadi prajurit tamtama di Kerajaan Pajang, namun setelah menempuh pertempuran ia memutuskan untuk berpindah.
Setelah menempuh pertempuran di Kerajaan Pajang, Pangeran Sebayu dan pengikutnya berjalan ke arah barat menuju Desa Taji, wilayah Bagelan.
Di desa tersebut, Ki Gede Sebayu disambut oleh Ki Demang Karang Lo dan dilanjutkan dengan perjalanan ziarah ke makam ayahnya di Purbalingga.
Dari makam sang ayah, kemudian Ki Ageng Sebayu memutuskan untuk menyusuri Pantai Utara ke arah barat.
Konon saat itu beliau sampai di wilayah yang masih berupa lapangan luas atau disebut tegalan.