Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Pemprov Riau Lanjutkan Pengkajian Percandian Muara Takus melalui Sampel Organik

Kompas.com - 30/08/2023, 14:37 WIB
F Azzahra,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi Riau Raja Yoserial Zen mengatakan, pendapat para ahli soal Percandian Muara Takus merupakan hasil interpretasi yang bersifat relatif.

Pasalnya, sebut dia, ahli purbakala menggunakan metode pertanggalan carbon dating (C-14) yang belum diterapkan dalam kajian arkeologi Indonesia.

"Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau kemudian menjalankan program pelestarian dan pengelolaan cagar budaya untuk meneliti areal utama Percandian Muara Takus," tutur Raja melalui keterangan persnya, Rabu (30/8/2023).

Raja menjelaskan, penelitian dilakukan untuk mendapatkan sampel organik yang dibutuhkan dalam analisis penanggalan absolute lewat metode accelerated mass spectrometry (AMS).

Baca juga: Karhutla di Kampar Riau, Anggota Dewan: Saya Heran Kenapa Sering Terbakar

Analisis tersebut, lanjutnya, menggunakan sampel organik berupa arang. Saat ini, analisis sampel arang sudah dilakukan di Radiocarbon Dating Laboratory, di University of Waikato, Selandia Baru.

"Interpretasi hasil analisis tersebut akan dikorelasikan dengan penelitian sebelumnya. Tahapan pembangunan dan pemanfaatan Percandian Muara Takus juga mulai terlihat," tuturnya.

Sebagai informasi, sejak 1860 hingga 2022, Percandian Muara Takus telah diteliti oleh sejumlah pakar purbakala.

Menurut JL Moens (1937), percandian tersebut berasal dari era Kerajaan Sriwijaya pada abad ketujuh hingga kedelapan Masehi.

Adapun tahap awal pembangunan dan pemanfaatan Percandian Muara Takus dimulai pada abad ketiga hingga keenam Masehi yang ditandai dengan kedatangan seorang biksu Buddha. Saat itu, ia menyusuri Sungai Kampar Kanan ke pedalaman hingga tiba di Tapak Muara Takus.

Baca juga: Tebing Longsor Tutup Jalan Lintas Riau-Sumbar di Rokan Hulu

Kemudian pada abad ke-11 hingga ke-14 Masehi, Percandian Muara Takus masih tetap digunakan sebagai lokasi peribadatan umat Buddha Mahayana Tantrayana. Lokasi tersebut menjadi saksi berdirinya Malayapura di Dharmasraya.

"Hasil kajian pada 2022 membuktikan bahwa Percandian Muara Katus telah dibina sejak abad ketujuh Masehi bersamaan dengan deklarasi eksistensi kerajaan Sriwijaya di selatan Pulau Sumatera. Peradaban berlangsung sejak abad kedelapan hingga berakhir pada abad ke-15 masehi," jelas Raja.

Penemuan candi di Thailand Selatan

Pemprov Riau akan lanjutkan pengkajian Percandian Muara Katus DOK. Pemprov Riau Pemprov Riau akan lanjutkan pengkajian Percandian Muara Katus

Baca juga: 170 Benda Arkeologi Ditemukan di Kawasan Logas dan Sekitarnya, Pemprov Riau: Ini Pembuktian Kehidupan Sejarah Riau

Salah satu kajian menarik dari Percandian Muara Takus adalah penemuan Prasasti Ligor berangka 679 Saka atau 775 Masehi di Wat Sema Muang, Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan.

Prasasti berbahasa Sansekerta itu berisi berbagai kisah kehidupan agama Buddha aliran Vajrayana dalam Buddha Mahayana. Peneliti percaya bahwa Prasasti Ligor merupakan prasasti yang berasal dari Percandian Muara Takus.

Terdapat teori yang menyebutkan bahwa Prasasti Ligor yang awalnya berada di Percandian Muara Takus, terpotong dan terdampar di Thailand Selatan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami

Regional
Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Deputi 1 KSP Febry Calvin Tetelepta Daftar Jadi Cagub Maluku dari PDI-P

Regional
Speedboat Terbakar di Perairan Gili Trawangan, Kapten Alami Luka Bakar

Speedboat Terbakar di Perairan Gili Trawangan, Kapten Alami Luka Bakar

Regional
Polisi Ungkap Kasus Wanita Tewas di Kampar, Ternyata Dibunuh Mantan Suaminya karena Perselingkuhan

Polisi Ungkap Kasus Wanita Tewas di Kampar, Ternyata Dibunuh Mantan Suaminya karena Perselingkuhan

Regional
Bangka Belitung Rekrut 235 Anggota PPK, Digaji Rp 2,5 Juta

Bangka Belitung Rekrut 235 Anggota PPK, Digaji Rp 2,5 Juta

Regional
Korupsi 200 Ton Beras, Eks Wali Kota Tual Ditahan Polisi

Korupsi 200 Ton Beras, Eks Wali Kota Tual Ditahan Polisi

Regional
Sekda Maluku Sadli Ie Ditunjuk Jadi Pj Gubernur, Gantikan Murad yang Habis Masa Jabatan

Sekda Maluku Sadli Ie Ditunjuk Jadi Pj Gubernur, Gantikan Murad yang Habis Masa Jabatan

Regional
Kapal Belum Masuk, Harga Bawang Putih di Ambon Tembus Rp 50.000 Per Kg

Kapal Belum Masuk, Harga Bawang Putih di Ambon Tembus Rp 50.000 Per Kg

Regional
Pemkot Magelang Punya Layanan Sedot Tinja, Berikut Tarif dan Cara Pakai Jasanya

Pemkot Magelang Punya Layanan Sedot Tinja, Berikut Tarif dan Cara Pakai Jasanya

Regional
Penembak Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Ditangkap

Penembak Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Ditangkap

Regional
390 Kg Daging Celeng Diselundupkan ke Bekasi, Disembunyikan Dalam Truk Pengangkut Besi

390 Kg Daging Celeng Diselundupkan ke Bekasi, Disembunyikan Dalam Truk Pengangkut Besi

Regional
Kasus Adik Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten, Polisi: Tunggu Hasil Observasi

Kasus Adik Aniaya Kakak hingga Tewas di Klaten, Polisi: Tunggu Hasil Observasi

Regional
MGPA Beri Harga Khusus Tiket MotoGP Mandalika Selama Periode 'Early Bird'

MGPA Beri Harga Khusus Tiket MotoGP Mandalika Selama Periode "Early Bird"

Regional
Usung Luqman Hakim pada Pilkada Salatiga, PKB Buka Pendaftaran untuk Cari Wakilnya

Usung Luqman Hakim pada Pilkada Salatiga, PKB Buka Pendaftaran untuk Cari Wakilnya

Regional
Gempa M 4,7 di Boalemo Dipicu Aktivitas Lempeng Laut Sulawesi Utara

Gempa M 4,7 di Boalemo Dipicu Aktivitas Lempeng Laut Sulawesi Utara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com