Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balai Arkeologi Sumsel: Ridwan Saidi yang Ngelantur

Kompas.com - 28/08/2019, 19:32 WIB
Aji YK Putra,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Balai Arkeologi Sumatera Selatan mematahkan pernyataan dari Ridwan Saidi yang menyebutk prasati yang selama ini dijadikan dasar bukti Kerajaan Sriwijaya disalahtafsirkan oleh para arkelog dan peneliti dengan membacanya dengan bahasa Armenia.

Arkeolog dari Balai Arkelogi (Balar) Sumatera Selatan Retno Purwati mengatakan, seluruh prasasti peninggalan Sriwijaya bukan ditulis dengan menggunakan bahasa Armenia, melainkan menggunakan aksara atau huruf Pallawa dan berbahasa Melayu kuno.

"Ridwan Saidi yang ngelantur. Memang (dia) bisa baca aksara Pallawa dan paham bahasa Melayu Kuno?" kata Retno, Rabu (28/8/2019).

Baca juga: Ridwan Saidi: Kerajaan Sriwijaya Fiktif Sudah Pernah Dibukukan

Retno menerangkan, prasasti pertama yang ditemukan dan menyebutkan nama Sriwijaya adalah prasasti Kota Kapur ditemukan pada tahun 1892 oleh seorang peneliti bernama Kern.

Nama Sriwijaya mulanya diidentifikasi sebagai nama raja.

Tulisannya yang mengulas soal itu terbit tahun 1913. Setelah itu, pada 1918 George Coedes juga menerbitkan tulisan dengan judul "Le Royueme Sriwijaya" yang mengidentifikasi nama Sriwijaya sebagai nama kerajaan.

Hal itu didukung dengan penemuan prasasti Kedukan Bukit yang di situ ada tiga pertanggalan.

Di dalam pertanggalan itu membuat vanua Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 (konversi masehi). Selain itu, ada prasasti Telaga Batu yang menyebut struktur wilayah dan struktur birokrasi Sriwijaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com