Pemprov Riau bekerja sama dengan pemerintah daerah lain, seperti Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Barat, untuk mengkaji peninggalan arkeologis kebudayaan Buddha di Sumatera.
Baca juga: Kementerian Investasi Rilis Realisasi PMDN Triwulan II 2023, Pemprov Riau Raih Peringkat 2
Setiap daerah di atas dipercaya memiliki berbagai peninggalan arkeologis monumental yang bersumber dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Raja mengatakan, pemerintah perlu melakukan kajian komprehensif yang melibatkan para pakar sejarah dan arkeologi, baik dari pusat maupun daerah.
"Bisa juga dari lembaga nonpemerintah, seperti asosiasi profesi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI)," jelasnya.
Ditemui secara terpisah, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar meyakini bahwa masih banyak potensi peradaban yang perlu dikaji di Provinsi Riau.
Baca juga: Periodisasi Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi
"Adanya bukti-bukti baru semakin membuktikan bahwa masih banyak peninggalan arkeologis sejarah peradaban dunia yang perlu diteliti dan dikaji di Riau," ujar Syamsuar.
Perlu diketahui, Pemprov Riau saat ini terus menelusuri Percandian Muara Takus. Pada 2022, peneliti melakukan pengambilan sampel arang dari hasil tes pit di zona inti dan tanggul tanah yang membuahkan hasil pembacaan analisis pertanggalan lewat metode AMS.
Angka tahun yang ditampilkan merupakan hasil kalibrasi OxCal, yang kemudian dibaca dalam penanggalan Masehi. Hasilnya sebagai berikut:
1. TP-01/01: 900 M / awal abad ke-10 Masehi (probabilitas 92,4 persen)
2. TP-02/02: 830 M / awal abad ke-9 Masehi (probabilitas 94,8 persen)
3. TP-02/03: 240 M / pertengahan abad ke-3 Masehi (probabilitas 95,4 persen)
4. TP-03/04: 1820 M / awal abad ke-19 Masehi (probabilitas 47,0 persen)
5. TP-03/05: 1230 M / awal abad ke-13 Masehi (probabilitas 91,2 persen)
6. TP-04/06: 1810 M / awal abad ke-19 Masehi (probabilitas 57,7 persen).