MASYARAKAT adat Dayak menjadi salah satu komponen peserta upacara peringatan hari kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia, Kamis (17/8/2023), di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Belasan masyarakat adat yang tergabung dalam Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau dikenal dengan sebutan Pasukan Merah TBBR mengikuti upacara dengan mengenakan pakaian adat bercorak merah, kuning, dan hitam dengan sehelai bulu burung enggang di kepala.
Baca juga: Pesan Peringatan Kemerdekaan di Entikong: Perbatasan Harus Jadi Episentrum Ekonomi
Satu di antara mereka, Antonius Moses, mengatakan, tujuan mereka menggunakan pakaian adat untuk menunjukkan ciri khas masyarakat adat.
“Inilah ciri khas kami, pakaian ada dengan warna merah, kuning, dan hitam,” kata Moses saat ditemui di lapangan upacara di Pasar Entikong, Kamis pagi.
Dalam momentum kemerdekaan ini, Moses berharap perekonomian masyarakat perbatasan kembali meningkat.
Menurut dia, saat pandemi, kehidupan masyarakat perbatasan khususnya masyarakat adat terpuruk dan sekarang pun belum sepenuhnya pulih.
“Harapan kami tentunya perekonomian masyarakat meningkat, karena sejak pandemi kehidupan kita susah,” ucap Moses.
Sebagaimana diketahui, Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau dikenal dengan sebutan Pasukan Merah TBBR adalah organisasi kemasyarakatan adat Dayak yang bergerak di bidang pelestarian adat dan budaya.
Tariu Borneo Bangkule Rajakng berusaha mempertahankan tradisi untuk mendorong masyarakat Dayak bersatu, maju, dan bermartabat.
Baca juga: Harga Jual Lebih Mahal, Komoditas Pertanian Warga Perbatasan Dijual ke Malaysia
Organisasi ini memiliki anggota yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Sebelumnya, Staf khusus Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bidang Pemerintahan Desa dan Pembangunan Perbatasan, Hoiruddin Hasibuan, yang bertindak sebagai inspektur upacara mengenakan busana adat Dayak berupa rompi tenun dan kopiah.
Bertindak sebagai komandan upacara adalah Satgas Yonarmed 16/TK, Lettu Arm Ery Setiawan.
Dalam sambutannya, Hoiruddin mengatakan, Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan untuk mewujudkan perbatasan sebagai halaman dan beranda depan NKRI.
Kehadiran 13 PLBN, tidak hanya mengubah kondisi fisik kawasan perbatasan yang sebelumnya dinilai tidak layak.
Baca juga: Catatan Perjalanan ke PLBN Entikong: Kesal karena Macet Terbayar Lunas Kopi Susu Bintangor
Namun, sejatinya dalam spirit kebangsaan, PLBN telah menguatkan dan menaikkan kebanggaan dan harga diri warga perbatasan dan bangsa Indonesia dalam berhadapan dengan negara tetangga.