MENYONGSONG peringatan hari ulang tahun ke-78 kemerdekaan Indonesia, Kompas.com menggelar peliputan khusus di lima pos lintas batas negara (PLBN). Salah satunya adalah ke PLBN Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar).
Saya, jurnalis Kompas.com, Hendra Cipta, memulai perjalanan ke PLBN Entikong bersama seorang staf Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Binsar. Berangkat dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat, sekitar pukul 16.00 WIB.
Pada jam-jam tersebut, Kota Pontianak memang tengah padat kendaraan. Arus lalu lintas dipenuhi sepeda motor yang dikendarai orang-orang pulang kerja dan kendaraan roda empat ataupun truk kontainer barang yang masuk dan keluar kota.
Jarak tempuh Kota Pontianak-PLBN Entikong sekitar 249 kilometer, dengan kisaran waktu normal perjalanan menggunakan roda empat selama 5-6 jam.
Baca juga: Kisah Merah Putih di Tepi Batas Tanah Air
Untuk mencapai Entikong, akses utamanya melewati Jalan Trans Kalimantan, Kabupaten Kubu Raya, dan menyeberangi Sungai Kapuas melalui Jembatan Kapuas II.
Sesuai perkiraan, macet panjang telah mengular saat perjalanan kami dimulai. Puluhan truk antre di perempatan jalan untuk menaiki jembatan. Kendaraan kami pun terjebak di antara pesepeda motor dan truk-truk kontainer bermuatan penuh.
Kami pasrah. Tidak ada pilihan selain menunggu dan merayap pelan sambil menunggu giliran maju ke depan. Nyaris dua jam kami merangsek perlahan di belakang sebuah truk tangki milik Pertamina hingga akhirnya bisa mencapai jembatan.
Setelah melintasi Jembatan Kapuas II, jalanan mulai lengang. Truk-truk kontainer yang antre tadi bisa tancap gas. Kami pun demikian.
Namun kami tak mau gegabah. Kami masih harus mengisi bahan bakar kendaraan di sebuah SPBU, Jalan Trans Kalimantan, Kecamatan Ambawang, Kubu Raya.
Baca juga: Penasaran, Masihkah Rupiah Tak Laku di Sebatik?
Tak banyak kendaraan antre saat mengisi bahan bakar. Setelah tangki minyak terisi penuh, sopir kami tampaknya telah siap tancap gas untuk mencapai pemberhentian selanjutnya.
Namun, nasib berkata lain. Sesaat setelah keluar SPBU, antrean kendaraan kembali terjadi di jalan yang menghubungkan seluruh provinsi di Pulau Kalimantan tersebut.
Di ujung sana, terdapat tiang listrik yang tiba-tiba miring, sehingga kabelnya menjuntai ke bawah. Truk kontainer bermuatan tidak bisa lewat.
Kali ini macet terlihat tampak lebih parah. Banyak kendaraan mencuri jalur kendaraan lain. Macet total. Masyarakat setempat yang coba mengurai macet pun kewalahan. Nyaris satu jam kami terjebak.
Kami semua baru bisa bernapas lega setelah berhasil melewai macet akibat kabel menjuntai. Pandangan sopir telah menuju ke depan. Ia siap memijak pedal gasnya dalam-dalam, menembus gelap malam Jalan Kecamatan Ambawang.
Keuntungan berangkat keluar kota pada malam hari adalah jumlah kendaraan yang berseliweran jauh berkurang. Jika pun ada beberapa truk ekspedisi yang dilewati, semuanya memberi kami jalan.