Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Nduga Papua, Korban Berjatuhan dan Demonstrasi Tuntut Keadilan...

Kompas.com - 31/07/2020, 09:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Warga sipil tewas di tengah konflik bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, untuk kesekian kalinya. Konflik yang telah bergulir selama hampir dua tahun ini menyisakan sejumlah masalah dan pemerintah dituntut untuk mengubah kebijakan.

Gelombang aksi demonstrasi terjadi di Nduga, di pegunungan tengah Papua, yang terjadi pada 27 Juli 2020 lalu, menuntut keadilan tewasnya dua warga diduga oleh pasukan TNI, baru-baru ini.

Yang menjadi korban adalah Elias Karunggu, 40 tahun, dan putranya Selu Karunggu, 20 tahun. Mereka ditembak pasukan TNI di distrik Kenyam, ibukota Nduga pada 18 Juli silam.

Baca juga: Bantah Klaim TNI, Bupati Nduga Sebut 2 Orang yang Tewas Ditembak Bukan KKB

TNI menyebut mereka sebagai anggota kelompok pro-kemerdekaan. Namun klaim itu dibantah berbagai pihak, termasuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) yang menyebut mereka sebagai warga sipil.

Sementara pemerintah daerah Nduga menyebut keduanya merupakan pengungsi Nduga yang menyelamatkan diri dari konflik berkepanjangan yang berkecamuk di daerah itu dan menuntut pemerintah pusat menarik pasukan TNI/Polri dari Nduga.

Baca juga: Update Corona di Papua: Total 142 Kasus Positif, Satgas Minim Data dari Nduga

Pada Desember 2018, ribuan warga sipil di Nduga mengungsi setelah pembunuhan belasan karyawan PT. Istaka Karya di Gunung Kabo, oleh anggota Organisasi Papua Merdeka.

Setelah peristiwa pembantaian ini, pemerintah menambah pasukan militer di Kabupaten Nduga untuk mengejar kelompok OPM pimpinan Eginaus Kogoya. Di tengah operasi militer inilah ribuan warga sipil mengungsi.

Akan tetapi, Menkopohulkam Mahfud MD mengatakan "tidak mungkin" pasukan TNI/Polri ditarik.

Baca juga: Ayah dan Anak Terduga KKB Tewas Ditembak TNI di Nduga, Sempat Transaksi Senjata Api

Warga sipil atau anggota kelompok pro-kemerdekaan?

Sejumlah personel Brimob dikerahkan untuk melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan para pekerja proyek pembangunan jembatan Trans Papua di Kabupaten Nduga.AFP/Getty Images Sejumlah personel Brimob dikerahkan untuk melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan para pekerja proyek pembangunan jembatan Trans Papua di Kabupaten Nduga.
Pada Sabtu (18/7/2020) sore, waktu setempat, Elias Karunggu dan putranya, Selu Karunggu, beserta sejumlah warga Nduga lain sedang menanti perahu di pinggir sungai Kenyam di kampung Masanggorak. Mereka hendak menuju ibu kota Kenyam, yang berjarak 500 meter.

Namun, ayah dan anak ini tak pernah sampai ke pusat kota. Mereka tewas ditembak anggota Tim Satgas Pamtas Yonif PR 330/TD.

Kepala penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Kapen Kogabwilhan) Kolonel Czi Gusti Nyoman Suriastawa mengklaim keduanya merupakan anggota kelompok pro-kemerdekaan TPNB-OPM pimpinan Egianus Kogoya yang sedang melakukan penyerahan senjata.

Baca juga: KKB Terus Beraksi di Nduga, Pangdam Tak akan Tarik Pasukan

Sejumlah personel Brimob dikerahkan untuk melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan para pekerja proyek pembangunan jembatan Trans Papua di Kabupaten Nduga.

Komando Gabungan Wilayah Pertahanan merupakan komando utama operasi, satuan baru yang dibentuk pada akhir 2019 silam dan langsung berada di bawah komando Panglima TNI. Adapun Kogabwilhan III meliputi Maluku dan Papua.

Nyoman menjelaskan, sebulan sebelum insiden penembakan terjadi perampasan perlengkapan yang dia sebut dilakukan oleh TPNB-OPM.

Baca juga: TNI dan Polri Tegaskan Tidak Akan Keluar dari Nduga

Barang bukti yang ditemukan bersama kedua warga tersebut.dok BBC Indonesia Barang bukti yang ditemukan bersama kedua warga tersebut.
Tim kemudian melakukan pemantauan, hingga pada 18 Juli lalu, keduanya didapati sedang melaksanakan transaksi penyerahan senjata jenis revolver.

Mereka kemudian dihadang, sementara warga yang lain melanjutkan perjalanan ke Kenyam.

"Begitu sudah pisah, ada perintah dari komandan tim [untuk] buka tembakan. Makanya dua itu langsung tewas di tempat," katanya.

"Tim kemudian melakukan pembersihan dan "dapatlah barang bukti yang dia terima dari masyarakat," lanjut Nyoman.

Baca juga: Warga Berhamburan Cari Perlindungan Saat KKB Tembaki Pos TNI Nduga

Barang bukti yang dimaksud adalah satu pucuk senjata jenis Revolver, ponsel milik prajurit yang diduga dirampas sebulan lalu, dua buah tas, kampak dan uang tunai senilai Rp 9,5 juta.

Akan tetapi, tudingan bahwa keduanya merupakan anggota pro-kemerdekaan, dibantah oleh juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, yang menyebut keduanya bukan anggotanya.

Ketua DPRD Nduga Ikabus Gwijangge mengatakan keduanya adalah pengungsi dari Distrik Yal yang selama beberapa waktu terakhir tinggal di ibu kota Kenyam.

Baca juga: Mahfud MD Sebut Data soal Nduga Tak Jelas, BEM UI: Menambah Pernyataan yang Tak Patut

Sang anak bekerja sebagai tukang sensor, atau pemotong kayu di hutan yang sering membantu masyarakat membangun rumah.

"Mereka dua ini warga sipil. Kami sebagai masyarakat Nduga dan kami sering sama-sama dengan dia, jadi saya percaya keduanya adalah warga sipil," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com