KOMPAS.com - Pada tahun 1990-an, Ong Kino warga keturunan China menetap di Lingkungan Tgalkalong, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.
Di tempat barunya Ong Kino membuat tahu untuk dikonsumsi oleh oleh keluargana. Terkadang tahu (tofu) juga dihidangkan kepada tetangga, kerabat, dan tamu yang datang ke rumahnya.
Rasa dan bentuk tahu yang dibuat Ong Kino berbeda dengan negara asalnya yakni China. Tahu buatan Ong Koino yang dikenal dengan Babah Eno kemudian dikenal banyak orang.
Baca juga: Ini Rahasia Tahu Sumedang dari Sang Perintis, Ong Kino
Ong Bung Keng tertarik dengan tahu buatan ayahnya. Ia menilai bahwa tahu buatan ayahnya lebih mudah dipasarkan karena ukurannya lebih kecil.
Selain itu rasa tahu juga lebih gurih dibandingkan dengan tahu kuning dan tahu putih pada umumnya yang ada di Sumedang.
Ong Bung Keng mempelajari resep, proses produksi, hingga tahap penggorengan dari ayahnya.
Baca juga: Kasus Orangtua Beri Kopi pada Bayi, Susu Kedelai Bisa Jadi Alternatif
Ia kemudian membuka produksi tahu pada tahun 1917 di Jalan Tegalkalong. Ia mengerjakannya seorang diri.
Sejak saat itu, tahu yang dikenal dengan nama Tahu Bungkeng resmi dijual untuk umum.
Kala itu Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeriaatmadja yang memerintah Sumedang kurun tahun 1883-1919 mengatakan bahwa rasa tahunya enak dan pasti laku jika dijual.
Ucapan sang bupati terbukti. Hingga saat ini banyak orang menyukai Tahu Bungkeng.
Pada tahun 2019, Tahu Bungkeng dikelola oleh generesi keempat yakni Ong Che Ciang atau Suriadi.
Saat ini Tahu Bungkeng telah memiliki lima outlet di Sumedang dan satu outlet di Bandung.
Suriadi mengatakan bahwa bisnis tahu di Sumedang menemui masa kejayaannya pada tahun 1980-an.
Baca juga: Warung Tataliasih Polres Sumedang, Pinjaman Modal dengan Dibayar Sedekah