Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahu Bungkeng Perintis Tahu Sumedang, Bertahan 102 Tahun karena Air Tanah Berkualitas

Kompas.com - 04/11/2019, 12:15 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada tahun 1990-an, Ong Kino warga keturunan China menetap di Lingkungan Tgalkalong, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

Di tempat barunya Ong Kino membuat tahu untuk dikonsumsi oleh oleh keluargana. Terkadang tahu (tofu) juga dihidangkan kepada tetangga, kerabat, dan tamu yang datang ke rumahnya.

Rasa dan bentuk tahu yang dibuat Ong Kino berbeda dengan negara asalnya yakni China. Tahu buatan Ong Koino yang dikenal dengan Babah Eno kemudian dikenal banyak orang.

Baca juga: Ini Rahasia Tahu Sumedang dari Sang Perintis, Ong Kino

 

Bisnis sejak tahun 1917

Ilustrasi tahu dan kedelaimargouillatphotos Ilustrasi tahu dan kedelai
Pada awal tahun 1917, salah satu anak Babah Eno yakni Ong Bung Keng yang tinggal di China datang ke Sumedang.

Ong Bung Keng tertarik dengan tahu buatan ayahnya. Ia menilai bahwa tahu buatan ayahnya lebih mudah dipasarkan karena ukurannya lebih kecil.

Selain itu rasa tahu juga lebih gurih dibandingkan dengan tahu kuning dan tahu putih pada umumnya yang ada di Sumedang.

Ong Bung Keng mempelajari resep, proses produksi, hingga tahap penggorengan dari ayahnya.

Baca juga: Kasus Orangtua Beri Kopi pada Bayi, Susu Kedelai Bisa Jadi Alternatif

Ia kemudian membuka produksi tahu pada tahun 1917 di Jalan Tegalkalong. Ia mengerjakannya seorang diri.

Sejak saat itu, tahu yang dikenal dengan nama Tahu Bungkeng resmi dijual untuk umum.

Kala itu Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeriaatmadja yang memerintah Sumedang kurun tahun 1883-1919 mengatakan bahwa rasa tahunya enak dan pasti laku jika dijual.

Ucapan sang bupati terbukti. Hingga saat ini banyak orang menyukai Tahu Bungkeng.

 

Bertahan selama 102 tahun

Ilustrasi kedelaiKOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI Ilustrasi kedelai
Tahu Bungkeng Sumedang bertahan hingga 102 tahun dan dikelola secara estafet oleh keluarga.

Pada tahun 2019, Tahu Bungkeng dikelola oleh generesi keempat yakni Ong Che Ciang atau Suriadi.

Saat ini Tahu Bungkeng telah memiliki lima outlet di Sumedang dan satu outlet di Bandung.

Suriadi mengatakan bahwa bisnis tahu di Sumedang menemui masa kejayaannya pada tahun 1980-an.

Baca juga: Warung Tataliasih Polres Sumedang, Pinjaman Modal dengan Dibayar Sedekah

Saat itu, di tengah tingginya permintaan Tahu Bungkeng, banyak produk serupa di pasaran.

"Jaya-jayanya tahu sumedang itu sekitar tahun 1980-an. Dan sampai tahun 2015-an permintaan masih tetap tinggi. Tapi sejak tahun 2016, penjualan mulai lesu. Penyebabnya apa kurang tahu juga, mungkin karena daya beli masyarakatnya turun atau karena apa kurang paham juga," sebut Suriadi.

Tahu Bungkeng inivasi Ong Kino kemudian dikenal dengan Tahu Sumedang.

Baca juga: Selama 5 Hari 333 Hektar Hutan Lindung Gunung Tampomas Sumedang Terbakar

 

Kedelai lurik dan kulitas air

Ilustrasi kedelai Ilustrasi kedelai
Kepada Kompas.com, Jumat (1/11/2019) Suriadi membuka resep rahasia Tahu Bungkeng yang bertahan hingga 1 abad lebih.

Menurutnya ia menggunakan kualitas kedelai asal Sumedang yang dikenal dengan kedelai jenis lurik.

Ia mengatakan bahwa kedelai jenis lurik memiliki sari pati yang baik dan banyak.

Selain itu, Suriadi mengatakan bahwa mereka menggunakan sumber mata air langsung dari tanah.

Baca juga: Cerita Warga Sumedang Korban Kerusuhan Wamena, Berharap Papua Kembali Damai

"Rahasia utamanya air ya. Karena, kualitas air di Sumedang saat ini masih baik, pencemarannya (lingkungan) belum berpengaruh ke kualitas air tanahnya. Jadi kalau airnya baik, kualitas tahunya juga akan sangat baik, tahunya bisa bertahan hingga 1, 5 hari," kata Suriadi.

Ia mengatakan sebagai penerus generasi keempat Tahu Bungkeng, ia akan tetap bertahan produksi tahu warisan nenek moyangnya walaupun penjualannya sedang lesu.

"Meskipun sekarang ini (penjualannya) lagi lesu karena daya beli masyarakat turun, tapi tahu sumedang akan tetap punya pasarnya. Dan saya yakin akan tetap bertahan. Rahasianya sederhana, pertahankan citarasa dan terus kontinyu memproduksi."

Baca juga: Viral di Media Sosial, TKI Asal Sumedang Meninggal di Arab Saudi

"Soal sepi, semua pengusaha tahu sumedang sekarang ini mengeluh sepi, itu artinya kita tidak sendirian, dan masalahnya bukan di kitanya (pengusaha tahu), jadi ya produksi harus tetap jalan, harus kontinyu," kata Suriadi.

Toko pusat Tahu Sumedang Bungkeng ada di Jalan Raya 11 April dan masih menggunakan tempat produksi pertama kali.

SUMBER: KOMPAS.com (Aam Aminullah | Editor : Irfan Maullana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com