Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengangkat Kesejahteraan Perajin Sulaman Karawo Melalui Festival

Kompas.com - 05/10/2019, 07:21 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com  - Para pengrajin dan mereka yang terkait perdagangan Sulaman Karawo saat ini sedang disibukkan dengan produksi.

Mereka harus memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, termasuk pesanan dari luar Gorontalo yang terus mengantre.

"Permintaan sulaman karawo makin banyak, ada kenaikan 50 persen sejak digelar festival Gorontalo Karnanal Karawo," kata Nining Abdurahman Arif (35), Ketua Koperasi Wanita Metalik Jaya, Jumat (4/10/2019).

Untuk memenuhi permintaan ini, ia harus menggerakkan 30 orang anggotanya, para anggota koperani ini juga dibantu keluarganya.

Sehingga pekerjaan penyulaman karawo ini sesungguhnya melibatkan banyak orang.

"Memang kewalahan, tapi ini juga menyenangkan semua orang," sambung Nining Abdurrahman Arif.

Baca juga: Lumpuh Layu sejak Bayi, Remaja Ini Tetap Kreatif dengan Sulaman

Pasar luar daerah

Diakuinya, pasar luar daerah semakin terbuka sejak Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dan Bank Indonesia menggelar Festival Gorontalo Karnaval Karawo.

Kaum ibu di luar daerah tertarik dengan sulaman ini melalui media sosial, mereka kemudian memburunya melalui media internet.

"Mereka tertarik karena prosesnya yang rumit, mulai dari pencabutan serat kain, menyulam dan mengikatnya," kata Nining.

Jilbab adalah pesanan yang paling laris. Bunga-bunga sulaman karawo yang menghias di kain menjadi pemanis siapapun yang memakainya. Pasar jilbab karawo memang sedang bergeliat.

Jauh dari Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Briskawati yanh warga Desa Diloato Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo menghentikan pesanan tas karawo hingga 3 bulan ke depan.

Ia dan pekerjanya tak sanggup lagi memenuhi permintaan pasar, termasuk 400 buah tas karawo pesanan dari Prancis.

"Hingga 3 bulan ke depan kami menghentikan pemesanan, kami masih fokus pada penyelesaian pesanan yang sudah ada," kata Briskawati.

Baca juga: Harmoni Sulaman Karawo dan Batik di Gorontalo

Festival Gorontalo Karnaval Karawo

Briska (gaun merah) dan sejumlah wanita muda Gorontalo yang menggandrungi tas karawo, varian baru aplikasi sulaman karawo.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Briska (gaun merah) dan sejumlah wanita muda Gorontalo yang menggandrungi tas karawo, varian baru aplikasi sulaman karawo.
Seperti sebuah lokomotif kereta api, Festival Gorontalo Karnaval Karawo ini telah membawa gerbong ekonomi para pengrajin melesat. Mereka harus memgikuti irama yang tinggi sambil meningkatkan kualitasnya.

Di Gorontalo tidak hanya Nining Abdurrahman Arif dan Briskawati, ada ribuan pengrajin yang setiap hari menekuni sulaman ini, mulai dari desainer, pengiris serat kain, dan penyulamnya. Belum terhitung mereka yang terlibat dalam jaringan perdagangannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com