PADA Sabtu (30/9) siang lalu, penulis berkesempatan menjajal Kereta Cepat Whoosh Bandung (Tegalluar)- Jakarta (Halim), demikian pula relasi rute sebaliknya.
Pada waktu bersamaan, penulis adalah penumpang tetap (frequent flyer) kereta sejenis, Argo Parahyangan (Gopar) setidaknya sepekan dua kali setahun terakhir ini.
Pertanyaan yang banyak mencuat kini, terutama bagi "kaum mendang-mending", pilih KA Whoosh (Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Handal), ataukah KA Gopar?
Berikut adalah komparasi empiris, atas apa yang penulis alami, selama ini:
Dengan (rencana) tiket subsidi Rp 250.000-Rp 350.000, kereta kecepatan tinggi Whoosh hanya perlu waktu pulang pergi Jakarta-Bandung 90 menit, alias masing-masing 45 menit. Dalam uji coba kemarin, waktu ini persis berlaku on time.
Pada peak season, terutama akhir pekan, tiket berlaku Rp 150.000 untuk kelas ekonomi/premium dan Rp 250.000 untuk kelas eksekutif.
Berapa waktu tempuhnya? Pengalaman penulis jika sedang lancar, selalu on time 2 jam 45 menit, sementara jika ada gangguan keterlambatan, maksimal 3 jam persis.
Whoosh jika berangkat dari Tegalluar, Gedebage (kawasan di area antara Bandung Timur dan Bandung Selatan), sayangnya tidak/belum ada transportasi umum melintas. Jadi, harus gunakan kendaraan pribadi dan atau driver online.
Namun ketika sampai di Stasiun Halim, penumpang akan dimanjakan dengan konsep integrasi moda karena stasiun sudah tersambung ke stasiun LRT dan halte TransJakarta.
Baik di Jakarta maupun Bandung, posisi stasiun Whoosh bukanlah di episentrum kota, urang Sunda bilang "diskotik" (di sisi kota saeutik/di pinggir kota sedikit). Pun demikian, tetap sih, terjangkau dari segala sudut.
Berbeda dengan KA Gopar, baik di stasiun penghentian Bandung Raya (Kebon Kawung dan Cimahi) apalagi Stasiun Gambir, Jakarta, ketersediaan dan koneksi transportasi umum sudah demikian melimpah ruah.
Hal yang wajar karena titik pemberhentian ketiganya memang benar-benar berada di pusat ketiga kota tersebut, apalagi posisinya sudah demikian eksis sejak lama.
Secara umum hampir sama, tidak ada perbedaan signifikan keduanya. Mulai dari bagasi, toilet, colokan charger, gantungan jaket/jas, papan untuk laptop di tiap kursi, dst, keduanya komplet punya.
Hanya yang dirasakan mencolok kemarin, tidak ada fasilitas Reska (Restoran KA) dan mushola di rangkaian gerbong KA Whoosh. Mungkin karena cepat sampainya/masih dalam ujicoba, maka dirasa tidak perlu juga.