Salin Artikel

Komparasi Kereta Cepat Whoosh dan KA Argo Parahyangan

Pada waktu bersamaan, penulis adalah penumpang tetap (frequent flyer) kereta sejenis, Argo Parahyangan (Gopar) setidaknya sepekan dua kali setahun terakhir ini.

Pertanyaan yang banyak mencuat kini, terutama bagi "kaum mendang-mending", pilih KA Whoosh (Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Handal), ataukah KA Gopar?

Berikut adalah komparasi empiris, atas apa yang penulis alami, selama ini:

Komparasi tarif dan waktu perjalanan

Dengan (rencana) tiket subsidi Rp 250.000-Rp 350.000, kereta kecepatan tinggi Whoosh hanya perlu waktu pulang pergi Jakarta-Bandung 90 menit, alias masing-masing 45 menit. Dalam uji coba kemarin, waktu ini persis berlaku on time.

Pada peak season, terutama akhir pekan, tiket berlaku Rp 150.000 untuk kelas ekonomi/premium dan Rp 250.000 untuk kelas eksekutif.

Berapa waktu tempuhnya? Pengalaman penulis jika sedang lancar, selalu on time 2 jam 45 menit, sementara jika ada gangguan keterlambatan, maksimal 3 jam persis.

Komparasi stasiun

Whoosh jika berangkat dari Tegalluar, Gedebage (kawasan di area antara Bandung Timur dan Bandung Selatan), sayangnya tidak/belum ada transportasi umum melintas. Jadi, harus gunakan kendaraan pribadi dan atau driver online.

Namun ketika sampai di Stasiun Halim, penumpang akan dimanjakan dengan konsep integrasi moda karena stasiun sudah tersambung ke stasiun LRT dan halte TransJakarta.

Baik di Jakarta maupun Bandung, posisi stasiun Whoosh bukanlah di episentrum kota, urang Sunda bilang "diskotik" (di sisi kota saeutik/di pinggir kota sedikit). Pun demikian, tetap sih, terjangkau dari segala sudut.

Berbeda dengan KA Gopar, baik di stasiun penghentian Bandung Raya (Kebon Kawung dan Cimahi) apalagi Stasiun Gambir, Jakarta, ketersediaan dan koneksi transportasi umum sudah demikian melimpah ruah.

Hal yang wajar karena titik pemberhentian ketiganya memang benar-benar berada di pusat ketiga kota tersebut, apalagi posisinya sudah demikian eksis sejak lama.

Komparasi fasilitas kereta

Secara umum hampir sama, tidak ada perbedaan signifikan keduanya. Mulai dari bagasi, toilet, colokan charger, gantungan jaket/jas, papan untuk laptop di tiap kursi, dst, keduanya komplet punya.

Hanya yang dirasakan mencolok kemarin, tidak ada fasilitas Reska (Restoran KA) dan mushola di rangkaian gerbong KA Whoosh. Mungkin karena cepat sampainya/masih dalam ujicoba, maka dirasa tidak perlu juga.

Beda halnya dengan KA Gopar, dengan 2 jam 45 menit, maka keberadaan restoran kereta (yang sohor dengan makanan enaknya) serta mushola mini, jelas lebih dibutuhkan. Penumpang bisa sambil jalan-jalan dulu ke Reska, misal, jika merasa suntuk di perjalanan.

Komparasi tiket

Keduanya punya perbandingan hampir sama dari sisi ini. Masyarakat Indonesia bisa beli tiketnya di aplikasi KAI Access dengan mudah dan praktis.

Apalagi sekarang ada KAI Pay, semacam Gopay, yang membuat masyarakat tak perlu keluar dulu apps untuk akses dulu Virtual Account atau transfer dari mBanking.

Saat Anda ke Stasiun KA Whoosh atau Gopar, maka tak bisa lagi membeli secara manual ke konter tiket resmi. Yang tersisa hanyalah konter digital, yang mana kita bisa cetak tiket manual setelah memasukkan kode booking.

Kedua stasiun pun sudah tampil rapi, modern, dan bikin betah siapapun.

Kesimpulan

Jika pembaca mengutamakan kecepatan perjalanan antarkota Jakarta-Bandung, maka KA Whoosh adalah pilihan utama walau tarif, akses dari dan ke stasiun, serta fasilitas relatif kurang memadai.

Pun sebaliknya, jika pembaca lebih concern dari sisi tarif, akses dari dan ke stasiun, serta fasilitas selama perjalanan, maka KA Gopar layak dipilih sekalipun durasi perjalanan lama.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/03/06000001/komparasi-kereta-cepat-whoosh-dan-ka-argo-parahyangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke