Salin Artikel

Mengangkat Kesejahteraan Perajin Sulaman Karawo Melalui Festival

Mereka harus memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, termasuk pesanan dari luar Gorontalo yang terus mengantre.

"Permintaan sulaman karawo makin banyak, ada kenaikan 50 persen sejak digelar festival Gorontalo Karnanal Karawo," kata Nining Abdurahman Arif (35), Ketua Koperasi Wanita Metalik Jaya, Jumat (4/10/2019).

Untuk memenuhi permintaan ini, ia harus menggerakkan 30 orang anggotanya, para anggota koperani ini juga dibantu keluarganya.

Sehingga pekerjaan penyulaman karawo ini sesungguhnya melibatkan banyak orang.

"Memang kewalahan, tapi ini juga menyenangkan semua orang," sambung Nining Abdurrahman Arif.

Pasar luar daerah

Diakuinya, pasar luar daerah semakin terbuka sejak Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dan Bank Indonesia menggelar Festival Gorontalo Karnaval Karawo.

Kaum ibu di luar daerah tertarik dengan sulaman ini melalui media sosial, mereka kemudian memburunya melalui media internet.

"Mereka tertarik karena prosesnya yang rumit, mulai dari pencabutan serat kain, menyulam dan mengikatnya," kata Nining.

Jilbab adalah pesanan yang paling laris. Bunga-bunga sulaman karawo yang menghias di kain menjadi pemanis siapapun yang memakainya. Pasar jilbab karawo memang sedang bergeliat.

Jauh dari Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Briskawati yanh warga Desa Diloato Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo menghentikan pesanan tas karawo hingga 3 bulan ke depan.

Ia dan pekerjanya tak sanggup lagi memenuhi permintaan pasar, termasuk 400 buah tas karawo pesanan dari Prancis.

"Hingga 3 bulan ke depan kami menghentikan pemesanan, kami masih fokus pada penyelesaian pesanan yang sudah ada," kata Briskawati.

Di Gorontalo tidak hanya Nining Abdurrahman Arif dan Briskawati, ada ribuan pengrajin yang setiap hari menekuni sulaman ini, mulai dari desainer, pengiris serat kain, dan penyulamnya. Belum terhitung mereka yang terlibat dalam jaringan perdagangannya.

Yang juga kecipratan kue ini adalah jasa ekspedisi, kuliner, juga penyedia kebutuhan bahan baku.

Roda ekonomi yang terus membaik dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Salah satu sumbangan geliat ekonomi ini berasal dari sektor pariwisata.

Pariwisata Gorontalo memang sedang tumbuh, desa-desa yang memiliki potensi menganggarkan dananya untuk mempercantik diri, mengenalkan river tubing, jungle tracking, hiu paus, tarsius, pantai, mangrove, kuliner, kesenian, adat budaya hingga peninggalan masa lalu.

Potensi alam dan budaya yang dimiliki desa-desa ini bukan cerita di atas kertas, setidaknya ada 6 desa di kawasan penyangga taman nasional Bogani Nani Wartabonedi Kabupaten Bone Bolango yang mengembangkan ekowisata, juga di Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorongalo Utara, dan Kabupaten Gorontalo.

Kekuatan lain yang turut mendukung pengembangan pariiwisata adalah para stakeholder seperti penerbangan, travel, hotel, jasa kepemanduan, dan pelaku usaha ekonomi kreatif. Peran dan kerjasama antarlembaga ini menghasilkan sinergi yang dibutuhkan semua pihak.

“Pariwisata memang menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Masyarakat dan pemerintah desa juga sangat antusias mengembangkan potensinya,” kata Rifli Katili, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.

Dorong ekonomi daerah

Keseriusan pemerintah menggarap sektor pariwisata ini juga telah mengubah Gorontalo dari daerah transit wisatawan nusantara dan mancanegata menjadi daerah tujuan pariwisata. Namun jumlah kunjungan wisatawan ini harus ditingkatkan agar dapat memberi manfaat lebih beaar lagi kepada masyarakat.

“Gorontalo memiliki hiu paus, burung maleo, tarsius, babi rusa, keramahan warganya, juga adat istiadat yang memperkaya pengalaman hidup para wisatawan mancanegara dan nusantara,” papar Rifli Katili.

Dinamika ekonomi pariwisata ini menghasilkan multiplier effect, semua yang saling terhubung langsung maupun tidak merasakan peningkatan ekonomi. Inilah pariwisata sebagai lokomotif penarik gerbong ekonomi Gorontalo.

Dinas Pariwisata menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, di sisi mikronya geliatnya telah meningkatkan pendapatan, mengurangi pengangguran di desa-desa, dan menjalankan pemerataan kesejahteraan sebab pariwisata tidak mengenal desa atau kota, semua layak dikunjungi.

Pekerjaan rumah yang belum rampung

Namun sejumlah “pekerjaan rumah” masih menunggu agar pesta akbar pariwisata ini lebih menggema dan memiliki multiplier effect lebih besar.

Pekerjaaan yang harus diselesaikan adalah memperpanjang waktu perhelatan dan menautkan dengan festival lain di kabupaten dan kota di daerah ini, seperti Festival Pesona Danau Limboto, Festival Pesona Otanaha, Festival Pesona Saronde, Festival Pohon Cinta, dan lainnya

Mengintegrasikan banyak festival ini tidak mudah, namun juga bukan tidak bisa.

Koordinasi dan kerja sama terus menjadi jembatan komunikasi agar bisa terwujud, semuanya demi peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Kami memiliki brand Gorontalo the Heart of Celebes yang menegaskan potensi besar pada kekayaan keanekaragaman hayati dan budaya, inilah pariwisata yang berkelas internasional,” kata Ivone Reane Larekeng, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/05/07210411/mengangkat-kesejahteraan-perajin-sulaman-karawo-melalui-festival

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke