Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekarang Kami Bangga Jadi Warga Dolly"

Kompas.com - 21/08/2018, 12:50 WIB
Achmad Faizal,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Berkembangnya usaha perekonomian warga di eks lokalisasi prostitusi Dolly Surabaya membuat warganya tidak lagi malu menyebut dirinya warga Dolly.

Mereka justru bangga karena produk usaha dari Dolly sudah menyebar dan dikenal di berbagai daerah bahkan ke luar negeri.

"Dulu mungkin orang malu mengakui tempat tinggalnya di Dolly, tapi sekarang saya bangga jadi warga Dolly karena produknya terkenal dan tersebar di mana-mana," kata Atik Triningsih, salah satu warga eks lokalisasi Dolly, Senin (20/8/2018).

Atik adalah koordinator Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya. Kelompok ini mengembangkan usaha produksi sepatu dan sandal yang memanfaatkan tenaga warga eks lokalisasi Dolly. Produk sandalnya kini menyebar di hotel-hotel di Surabaya dan sekitarnya.

Kemarin, KUB Mampu Jaya memperoleh bantuan 15 unit mesin jahit dari perusahaan mesin jahit merek Singer. Bantuan mesin jahit komplit dengan peralatan bahan baku dan layanan perawatannya.

Menurut catatan Kecamatan Sawahan, ada 5 usaha berbentuk KUB di Dolly, yakni produksi sandal dan sepatu, goody bag, sablon, minyak rambut (pomade dan semir), kerajinan tangan, serta lukisan.

"Untuk UKM batik, ada empat kelompok UKM, yaitu Jarak Arum, Alpujabar, Canting Surya, dan Warna Ayu," kata Camat Sawahan, Muhammad Yunus.

Baca juga: Nyaleg DPR, Puti Diajak Risma Blusukan ke Kampung Dolly

Warga eks Dolly di Kelurahan Putat Jaya itu, kata Yunus, juga disebut gemar memproduksi produk kuliner.

Setidaknya ada 13 usaha kecil menengah yang bergerak di bidang kuliner, antara lain, olahan bandeng, Jarwo Tempe, kerupuk Sami Jali, Pangsit Hijau, rujak, UKM Puja (telur asin, botok telur asin), UKM Squel (olahan keripik), UKM Vigts (jamu herbal), Gendis (bumbu pecel), UKM Henrik (olahan semanggi dan es puter), dan olahan minuman dari rumput laut.

"Setiap usaha yang dikembangkan warga minimal melibatkan 3 sampai 10 orang warga sekitar," jelas Yunus.

Menurutnya, omzet yang didapatkan dari industri usaha di Dolly bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Dia mencontohkan, industri sandal dan sepatu bisa mencapai sekitar Rp 30 juta hingga 40 juta per bulan, sedangkan usaha batik bisa mencapai Rp 17 juta hingga Rp 28 juta per bulan.

“Order yang datang juga tidak hanya dari Surabaya dan sekitarnya, ada juga oder yang datang dari Sorong, Papua," katanya

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, tidak mudah membangun perekonomian warga eks Dolly pasca-penutupan lokalisasi 2014 lalu. Namun, dia mengaku kaget karena respons warga sangat positif setelah merasakan ada peluang usaha yang bisa dikembangkan.

“Memang tidak mudah seperti membalikkan tangan. Tapi yang pasti pergerakan pembangunan di sini sangat cepat dan bagus. Saya bangun di daerah lain agak lama, kalau di sini mereka mandiri," kata Risma.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com