Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/03/2018, 09:35 WIB
Citra Indriani,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com — Sudah hampir tiga bulan berlalu sejak seekor harimau sumatera yang kemudian diberi nama harimau Bonita menerkam warga untuk pertama kalinya pada 3 Januari 2018.

Pada hari itu, harimau Bonita menerkam Jumiati hingga tewas di wilayah Kampung Danau, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Lalu, pada 10 Maret 2018, dia kembali menerkam seorang warga. Yusri Effendi namanya. Dia diserang saat bekerja membangun sarang burung walet.

Hingga saat ini, Bonita belum juga tertangkap.

Belum tertangkapnya Bonita bukan karena tak ada upaya sama sekali. Tembak bius sudah dilakukan berulang kali, posko penyelamatan sudah dibangun, kadar obat bius sudah ditambah, dan 12 perangkap sudah dipasang.

(Baca juga: Harimau Sumatera "Bonita" Trauma, Keberadaannya Belum Diketahui)

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, tim mengalami kesulitan menangkap karena perilaku unik dan misterius dari harimau yang diperkirakan berusia 4-6 tahun itu.

Setelah harimau Bonita menerkam Yusri, misalnya, saat itu warga mendesak petugas menembak Bonita dengan senjata berpeluru bius. Namun, lanjut Suharyono, keanehan terjadi.

Saat petugas melakukan penembakan, pelatuk senjata sudah ditekan, tetapi peluru malah tidak keluar.

Harimau Bonita yang menerkam dua warga di Kampung Danau, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, belum tertangkap sejak 3 Januari lalu.handout Harimau Bonita yang menerkam dua warga di Kampung Danau, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, belum tertangkap sejak 3 Januari lalu.
"Kami enggak tahu jugalah kenapa peluru tidak bisa keluar saat akan menembak bius Bonita," ujar Suharyono.

Sebelum harimau Bonita menyerang Yusri, lanjut dia, timnya juga berpapasan dengan harimau itu. Petugas yang memegang senjata sudah siap menembak. Namun, saat si petugas mencoba melepaskan tembakan, amunisi hanya terlontar sekitar 4 meter dari petugas.

"Jadi, sudah dua kali kejadian mistis yang dirasakan tim di lapangan," kata Suharyono.

(Baca juga: "Terima Kasih Bapak Presidenku, Bulan Harap Bisa Cium Tangan Bapak Langsung")

Pada hari lain, harimau Bonita kembali membuat heran. Setelah ditembak obat bius, Bonita kembali berdiri setelah tumbang lebih kurang tiga jam.

Tim menyimpulkan, obat bius tidak bereaksi secara maksimal. Oleh karena itu, pihak BBKSDA Riau menambah kadar obat bius yang akan ditembakkan.

"Obat bius sudah kami kirim hari ini ke Estate Eboni Kecamatan Pelangiran," ujar Suharyono, Minggu (18/3/2018).

Unik dan misterius

Suharyono juga menuturkan bahwa harimau Bonita memiliki perilaku yang tidak biasa, tidak seperti harimau-harimau pada umumnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com