Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kematian Santriwati di Lombok Barat, Merengek Minta Pulang Sebelum Meninggal

Kompas.com - 29/06/2024, 20:45 WIB
Fitri Rachmawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Jenazah NI (13) tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk diotopsi.

Jenazah tiba pukul 12.54 Wita, Sabtu (29/6/2024), diantar oleh ibunya Raodah dan ayahnya Mahmud.

Baca juga: Santriwati Korban Dugaan Penganiayaan Meninggal, Keluarga Setuju Jenazah Diotopsi

Seperti diketahui, NI merupakan santriwati Pondok Pesantren Al Aziziyah, Kapek, Gunungsari Lombok Barat, asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meninggal diduga karena dianiaya.

Baca juga: Bantah Santriwati Koma Dianiaya, Ponpes: Korban Tusuk Jerawat Pakai Jarum Pentul

 

 

 

Mobil ambulans dari RSUD Soedjono, Selong Lombok Timur, membawa jenazah NI yang ditutup dengan kain panjang motif batik coklat putih.

Baca juga: Seorang Santriwati Kritis di RSUD Selong, Pihak Ponpes Membantah Tudingan Tindak Kekerasan

 

Terlihat Raodah menangis menerima kenyataan anak semata wayangnya harus pergi selamanya.

"Saya tiba Jumat sore kemarin, saya langsung melihat anak saya, manggil-manggil namanya, namun dia tak merespons sama sekali, tapi saya terus memanggilnya, NI, NI, seperti itu," katanya dengan mata sembab, di depan ruang otopsi RS Bhayangkara Polda NTB.

Raodah mengatakan, sebelum meninggal, selama sepekan NI menjalani perawatan di RSUD Soedjono Selong.

Namun, kondisi anaknya makin memburuk, detak jantungnya melemah, dan tensinya terus menurun hingga akhirnya NI meninggal.

"Beberapa menit kemudian saya masih tak sanggup melihat tindakan terhadap anak saya, dan saya diberitahu putri saya sudah tak ada," kata Raodah.

Merengek minta pulang  

Raodah menyebut, saat NI menelepon atau ditelpon, dia sering minta pulang karena tidak betah di pondok pesantren.

"Saya tanya alasannya, dia bilang kamar mandinya kotor, sehingga dia tidak betah. Saya kuatkan dia untuk selesaikan SMP saja dulu. Kalau ditelpon lagi, dia kembali merengek minta pulang," kata Raodah.

"Selalu minta pulang. Saya selalu menguatkan dia, bahkan dia telah menjalani satu semester dengan air kotor di pondok, jadi harus kuat," kenang Raodah.

NI juga tidak pernah memberi kabar dirinya sakit. Raodah dan Mahmud justru tahu setelah rekan sebangkunya mengabarkan saat acara keluarga di NTT.

Raodah kemudian menanyakan kepada Puput yang merupakan wali hujroh, terkait kondisi anaknya. Namun, jawabannya selalu tak ada masalah, NI baik-baik saja.

"Mereka tidak bilang jika anak saya sakit apa-apa. Belakangan mereka baru mengatakan bahwa anak saya sakit dan telah dibawa ke klinik," katanya.

Pihak pondok sempat menyebut NI sakit bisul. Keluarga kemudian menduga karena alergi makanan.

Namun, setelah itu tak ada penjelasan apa pun, kecuali kabar korban koma dari rekan mereka sesama warga Ende.

Raodah mendapat kabar dari suaminya bahwa NI dipukul oleh rekan santriwati.

"Bapak yang cerita kalau anak saya dipukul oleh tiga orang. Dia sempat bicara sebelum koma, dia tidak memberi tahu siapa yang memukul," katanya.

Dari wawancara Kompas.com dengan ayah NI, Mahmud, dia menyebut sempat mendengar putrinya memberi petunjuk bahwa dia dipukul oleh kawannya di bagian kepala dengan kayu.

"Saya tanya siapa yang memukul, anak saya hanya diam dan kini dia benar-benar tak bisa bicara," katanya, Senin ( 24/6/2024).

Adapun pihak keluarga NI telah membuat laporan ke Polresta Mataram terkait dugaan kekerasan yang dialami NI.

Kasat Reskrim Polresta Mataram, Kompol I Made Yogi Putusan Utama, membenarkan laporan keluarga NI telah masuk ke Polresta Mataram, Minggu (23/6/2024) sore. 

Bantah penganiayaan

Sementara, pihak Pondok Pesantren Al Aziziyah membantah tudingan terjadi penganiayaan atau kekerasan terhadap NI.

Amiruddin, juru bicara ponpes yang juga merupakan pengasuh utama asrama putra, mengatakan, NI merupakan santriwati yang baik dan tidak memiliki musuh.

"Begitu kasus ini muncul, kami melakukan investigasi semalam di lingkungan pondok," kata Amiruddin, Senin (24/6/2024).

Pihak ponpes sudah meminta keterangan teman dekat dan teman satu kamar NI sebagai bagian dari upaya mengetahui duduk persoalan kasus ini.

"Setelah kami melakukan investigasi semalam, setidaknya ada dua hal penting. Pertama, kami mencari tahu siapa adik kita yang sakit ini, lalu bagaimana kesehariannya. Dia merupakan anak baik yang disenangi kawan-kawannya," jelasnya.

Adapun Amiruddin mendapatkan informasi bahwa NI sakit saat berada di pondok pesantren.

"Ada semacam benjolan di lubang hidungya yang bernanah yang membuatnya meriang meriang, dan ini merupakan cerita awal sakitnya NI," kata Amiruddin.

Menurutnya, ada kawan NI yang melihat NI menusuk jerawat di hidungnya mengunakan jarum pentul jilbab.

Saat itu, ada saksi yang melihat dan sempat mengingatkan agar NI tak melakukan hal itu.

Amiruddin menjelaskan, benjol di hidung NI kemudian membesar dan membuat kondisi NI memburuk.

"Kami berharap kita semua merujuk dari keterangan pihak rumah sakit, bukan yang lainnya termasuk keterangan bapaknya yang menyebut anaknya sebelum koma dipukul dengan kayu. Sekali lagi itu tidak bisa dijadikan keterangan valid," kata Amiruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penemuan Mayat Terbakar Gegerkan Warga Boyolali, Ada Surat Wasiat di Lokasi

Penemuan Mayat Terbakar Gegerkan Warga Boyolali, Ada Surat Wasiat di Lokasi

Regional
Penyandingan Suara Pileg 2024: Ada 20 Dokumen C Hasil Diduga Hilang di Kota Serang

Penyandingan Suara Pileg 2024: Ada 20 Dokumen C Hasil Diduga Hilang di Kota Serang

Regional
Modus Menyewa, Pria Ini Malah Gelapkan Mobil di Palopo

Modus Menyewa, Pria Ini Malah Gelapkan Mobil di Palopo

Regional
Didukung NasDem dan Gerindra di Pilkada Medan, Keponakan Surya Paloh: Mohon Doanya

Didukung NasDem dan Gerindra di Pilkada Medan, Keponakan Surya Paloh: Mohon Doanya

Regional
Keranjang Kurir Pos Indonesia di Magelang Diduga Dicuri, Isinya Surat-surat Penting

Keranjang Kurir Pos Indonesia di Magelang Diduga Dicuri, Isinya Surat-surat Penting

Regional
Gandeng PT SMF, Pemkot Semarang Rehabilitasi RTLH di Tambak Lorok

Gandeng PT SMF, Pemkot Semarang Rehabilitasi RTLH di Tambak Lorok

Regional
Rekannya Dipersekusi, Ratusan Driver Taksi Online Kepung Bandara Hang Nadim Batam

Rekannya Dipersekusi, Ratusan Driver Taksi Online Kepung Bandara Hang Nadim Batam

Regional
Eks Pejabat BPBD Banten Jadi Tersangka Proyek Laptop Fiktif Rp1,6 Miliar

Eks Pejabat BPBD Banten Jadi Tersangka Proyek Laptop Fiktif Rp1,6 Miliar

Regional
Cuaca Buruk, Kapal Rute Ambon- Moa Tertahan di Pelabuhan MBD

Cuaca Buruk, Kapal Rute Ambon- Moa Tertahan di Pelabuhan MBD

Regional
Pantai Ambalat di Kutai Kartanegara: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Ambalat di Kutai Kartanegara: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Website Pemkab Purworejo Sempat Diretas Jadi Situs Judi Online

Website Pemkab Purworejo Sempat Diretas Jadi Situs Judi Online

Regional
Pegawai BUMN di Banten Didakwa Korupsi Gelapkan Pajak Desa Rp 336 Juta

Pegawai BUMN di Banten Didakwa Korupsi Gelapkan Pajak Desa Rp 336 Juta

Regional
Bus Tabrak Sepeda Motor dan Terjun ke Jurang di Lampung, 1 Orang Tewas

Bus Tabrak Sepeda Motor dan Terjun ke Jurang di Lampung, 1 Orang Tewas

Regional
Warga Jambi Temukan Granat Peninggalan Jepang di Aliran Sungai Batanghari

Warga Jambi Temukan Granat Peninggalan Jepang di Aliran Sungai Batanghari

Regional
Buntut Perselingkuhan Anggota KPU Pati, KPU RI Minta Pelaku Dibina

Buntut Perselingkuhan Anggota KPU Pati, KPU RI Minta Pelaku Dibina

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com