KOMPAS.com - Menara Syahbandar Sleko adalah sebuah bangunan cagar budaya yang ada di Sleko, Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Lokasi Menara Syahbandar Sleko berada di kawasan Kota Lama dan terletak tepat di tepi Kali Semarang.
Baca juga: Melihat Kampung Pandai Besi di Semarang, Selalu Berisik Jelang Idul Adha
Bangunan ini menjadi saksi bahwa Kali Semarang pernah menjadi jalur sungai sebagai bagian dari pusat perdagangan atau pelabuhan dagang di Kota Semarang.
Bentuk Menara Syahbandar Sleko sangat khas dengan bangunan menjulang berlantai tiga dengan gaya arsitektur Eropa.
Baca juga: Muncul River Tubing di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute
Sempat terlupakan, kondisi Menara Syahbandar Sleko selama puluhan tahun dibiarkan mangkrak dan nyaris roboh.
Namun bangunan ini telah direvitalisasi dan diharapkan mampu menjadi ikon baru dan daya tarik wisata di Kota Semarang.
Baca juga: 10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam
Keberadaan Menara Syahbandar Sleko tidak lepas dari sejarah kejayaan jalur perdagangan di Kota Semarang pada masa lalu.
Kali Semarang yang membelah kota Semarang dan bermuara di laut Jawa dulu memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor perdagangan.
Sebenarnya, peranan Kali Semarang sebagai jalur perdagangan sudah terlihat sejak masa kekuasaan Kerajaan Demak.
Pada masa itu, kapal barang milik pedagang lokal dan bangsa luar yang berlayar dapat memasuki kota melalui sungai ini.
Pedagang Cina, Arab, India, dan Portugis juga melakukan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan yang terletak di tepi kali Semarang.
Namun pada tahun 1677, wilayah pantai utara dan wilayah pedalaman Mataram diserahkan kepada VOC sebagai bentuk balas jasa atas pemadaman pemberontakan Trunojoyo.
Hal ini pula yang membuat jalur perdagangan di Kota Semarang beralih di bawah kekuasaan VOC.
Sampai pada pertengahan abad ke-18 atau tepatnya pada 1825, Menara Syahbandar Sleko didirikan dan diberi nama Kleine Boom en Uitkijk.
Lokasi menara ini berdekatan dengan Benteng Vijfhoek, cikal bakal pemukiman orang Eropa di Kota Semarang.
Menara ini kemudian juga dikenal dengan nama Menara Sleko yang diadopsi dari Bahasa Belanda dengan arti gerbang kota yang menghubungkan dengan pelayaran ke luar Semarang.
Pada masa itu, kapal-kapal yang hendak masuk ke Kota Semarang dari arah laut maupun pedalaman harus mendapat izin lebih dulu dari Menara Sleko.
Di menara inilah, retribusi ditarik dari para pedagang yang masuk ke Kota Semarang karena saat itu transportasi sungai masih sangat berperan untuk membawa kebutuhan sehari-hari dan barang perdagangan.
Kapal-kapal niaga ini terdiri dari kapal besar yang datang dari lepas pantai dan kapal tongkang pengangkut barang dagangan dari pedalaman.
Jadi bisa dikatakan fungsi Menara Syahbandar Sleko pada masa lalu adalah sebagai menara pengawas serta sebagai kantor kongsi niaga Belanda.
Menara Syahbandar Sleko kemudian beroperasi hingga tahun 1921, di mana akhirnya menara tersebut tidak digunakan lagi.
Hal ini karena seluruh kegiatan lalu lintas perangkutan barang menggunakan kapal telah berpindah ke Pelabuhan Semarang.
Setelah lama ditinggalkan dan dibiarkan rapuh, bangunan yang berusia ratusan tahun ini akhirnya mulai direvitalisasi.
Pemugaran Menara Syahbandar Sleko diprakarsai PT Perusahaan Gas Negara (PGN) selaku Subholding Gas Pertamina.
Kegiatan pemugaran bangunan dilakukan mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 dan Perda Kota Semarang Nomor 2 tahun 2020 sebagai bentuk konservasi cagar budaya.
Mendukung konsep wisata heritage di Kota Lama Semarang, pemugaran Menara Syahbandar Sleko dimulai sejak Desember 2022 dan dilaksanakan selama kurang lebih 10 bulan.
Adapun peresmian cagar budaya Menara Syahbandar Semarang ini dilakukan oleh Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko bersama Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu pada Kamis, 26 Oktober 2023.
Sumber:
Instagram @pemerintahkotasemarang
kebudayaan.kemdikbud.go.id
alurrempah.kemdikbud.go.id
cagarbudaya.semarangkota.go.id
jateng.tribunnews.com
kompas.tv