Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Kompas.com - 04/05/2024, 05:00 WIB
Junaidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Erik Irawadin, genap 20 tahun mengabdi sebagai relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pria berusia 40 tahun tersebut mulai bergabung sebagai garda depan dalam penanggulangan bencana sejak 2004.

Baca juga: Cerita Asep Lampu, Relawan Tagana yang Bantu Kelistrikan di Lokasi Bencana hingga Hajatan

Dia merupakan angkatan pertama. Erik saat itu diutus oleh Karang Taruna Kelurahan Sadia yang saat ini telah mekar menjadi Kelurahan Mande, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

Saat ini dia dipercaya sebagai Koordinator Tagana Kota Bima dengan tali asih Rp 250.000 per bulan dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI.

Selama 20 tahun mengabdi, Erik Irawadin rupanya pernah tidak menerima apa pun bertahun-tahun. Namun, karena panggilan jiwa demi kemanusiaan, tugas berat itu tetap dijalaninya.

Baca juga: Cerita Relawan Tagana, Tak Pandang Jumlah Tali Asih sebagai Hambatan

Besaran tali asih yang diterima disebut jauh dari kata cukup. Namun Erik kembali menegaskan, niat utamanya menjadi relawan adalah demi kemanusiaan.

Bagi Erik yang pernah menjadi mahasiswa pecinta alam di STKIP Bima, membantu para korban bencana, menghadapi risiko besar demi menyelamatkan nyawa seperti sebuah petualangan.

"Motivasi awalnya karena ini bergerak di bidang kemanusiaan. Kedua, saya latar belakangnya adalah mahasiswa pencinta alam, jadi hobi berpetualangan. Membantu orang rasanya sama seperti berpetualangan, kalau bicara berapa gaji yang kita dapat jika dihitung-hitung masih jauh," kata Erik Irawadin saat ditemui Kompas.com, Jumat (3/5/2024).

Baca juga: Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Awal mula bergabung

Erik saat bertugas menjadi relawan Tagana. (Dokumen Erik). Erik saat bertugas menjadi relawan Tagana. (Dokumen Erik).

Erik Irawadin menceritakan, ia termasuk salah satu dari delapan orang anggota Karang Taruna yang diutus Kota Bima untuk mengikuti pelatihan sebagai relawan Tagana di Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi NTB.

Setelah mengikuti pelatihan penanganan prabencana, saat bencana, sampai pascabencana, dia akhirnya resmi bergabung sebagai anggota tim relawan Tagana bersama tujuh orang rekannya.

Sejak bergabung tahun 2004 sampai 2008, Erik tak pernah mendapat apa pun dari Kemensos RI. Dia bersama tujuh orang rekannya murni bergabung tanpa menghadap imbalan.

Baca juga: Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Jerih payahnya membantu korban saat bencana terjadi baru mendapat perhatian dari Kemensos di tahun 2009. Saat itu, ia menerima tali asih sebesar Rp 100.000 per bulan.

Tali asih tersebut diterimanya satu kali dalam enam bulan dan harus menyertakan piagam atau sertifikat pelatihan di Kantor Pos.

Setelah delapan tahun betugas tepatnya saat banjir besar melanda Kota Bima di tahun 2016, Kemensos menambahkan tali asih menjadi Rp 250.000 per bulan sampai saat ini.

"Itu (banjir bandang) bencana paling parah di Kota Bima. Sejak saat itu baru insentif kami ditambah Rp 250.000 sampai sekarang, waktu itu Menteri Sosial ibu Khofifah," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Selain mendapat tali asih bulanan Rp 250.000, setiap kali ada kejadian bencana dia bersama anggotanya juga mendapat uang pengerahan yang nilainya tidak menentu.

Besarannya tergantung berapa hari relawan berada di lapangan untuk membantu para korban terdampak bencana.

"Ada istilahnya uang lelah dari kementerian, tapi tidak dipatok besarannya, kadang dikasih Rp 300.000 sampai Rp 400.000, itu untuk beberapa bertugas di lokasi bencana," jelasnya.

Baca juga: Kisah Relawan Tagana, 18 Tahun Bertaruh Nyawa Ditopang Insentif Rp 250.000

Relawan Tagana Kota Bima juga menerima dana insentif dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bima mulai tahun 2022. Nilainya sebesar Rp 300.000 per bulan dan diterima tiga bulan sekali.

Jika diakumulasi, Erik rata-rata menerima Rp 600.000 per bulan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sumbar Siapkan Lahan 3,8 Hektar untuk Relokasi Warga Terdampak Bencana

Sumbar Siapkan Lahan 3,8 Hektar untuk Relokasi Warga Terdampak Bencana

Regional
Pemkot Jambi Jamin Penyelesaian Sengketa Lahan SD Negeri 212

Pemkot Jambi Jamin Penyelesaian Sengketa Lahan SD Negeri 212

Regional
Penemuan Mayat Bayi di Sragen, Terbungkus Mantel dengan Kondisi Leher Terjerat Kain di Dapur Rumah

Penemuan Mayat Bayi di Sragen, Terbungkus Mantel dengan Kondisi Leher Terjerat Kain di Dapur Rumah

Regional
Terpeleset Saat Memancing, Dua Pemuda Tewas Tenggelam di Embung

Terpeleset Saat Memancing, Dua Pemuda Tewas Tenggelam di Embung

Regional
Sederet Cerita Saat Hewan Kurban Mengamuk, 'Terbang' ke Atap dan Tendang Panitia

Sederet Cerita Saat Hewan Kurban Mengamuk, "Terbang" ke Atap dan Tendang Panitia

Regional
Pemprov Sumbar Salurkan 83 Hewan Kurban di 15 Titik Bencana

Pemprov Sumbar Salurkan 83 Hewan Kurban di 15 Titik Bencana

Regional
Sosok Danis Murib, Prajurit TNI yang 2 Bulan Tinggalkan Tugas lalu Gabung KKB

Sosok Danis Murib, Prajurit TNI yang 2 Bulan Tinggalkan Tugas lalu Gabung KKB

Regional
Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Regional
Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Regional
Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Regional
BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

Regional
PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

Regional
Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Regional
4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

Regional
Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com