KOMPAS.com - Ketika berbelanja oleh-oleh tradisional, tidak jarang kita menemukan sebuah bungkusan berbentuk kotak yang disebut besek.
Besek juga kerap digunakan dalam berbagai tradisi sebagai wadah sesaji maupun pembungkus makanan seperti jajanan pasar atau nasi kenduri.
Baca juga: Wali Kota Surabaya Larang Limbah Hewan Kurban Dibuang ke Sungai, Pembagian Daging Wajib Pakai Besek
Besek adalah keranjang yang dibuat dari anyaman bambu, biasanya terdiri dari bagian alas dan bagian tutup.
Besek bambu juga disebut menjadi wadah tradisional yang ramah lingkungan karena sampah yang dihasilkan dapat terurai sehingga tidak mencemari lingkungan.
Baca juga: Diimbau Tidak Gunakan Plastik, Perajin Besek di Bantul Kewalahan Jelang Idul Adha
Dilansir dari Kompas.com (30/04/2023), besek sudah ada sejak sekitar tahun 400 M atau pada masa kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.
Tradisi dalam memanfaatkan tanaman bambu sendiri menjadi ciri khas karena pada masa itu keberadaan tanaman ini sangat berlimpah dan mudah ditemukan di Indonesia.
Baca juga: Cerita Warga Papring Bangkitkan Kerajinan Besek yang Sempat Hilang
Besek bambu juga mengandung filosofi hidup yang terkait dengan cara penggunaannya.
Penggunaan besek bambu sebagai tempat penyimpanan makanan adalah simbol berkah dari langit pada setiap anyamannya.
Besek bambu juga menjadi lambang kesantunan dan kehormatan karena tradisi di beberapa daerah memanfaatkan besek sebagai bagian dari ritual adat.
Sementara pada masa sekarang, besek menjadi lambang tradisi ramah lingkungan yang mendukung upaya pelestarian alam.
Dilansir dari laman TribunJateng.com, Mbah Ngadisah yang sudah 75 tahun menjadi pengrajin besek asal Desa Banyuringin, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal membagikan cara pembuatannya.
Cara membuat besek dimulai dengan menyiapkan bahan berupa batang bambu yang sudah tua.
Batang bambu tersebut kemudian dipotong dan dibelah kemudian diirat dibuat menjadi lembaran tipis-tipis.
Iratan bambu itu harus dijemur hingga kering sebelum dianyam menjadi bentuk besek yang diinginkan.
Pengeringan juga bertujuan agar pembuatan anyaman bambu untuk besek menjadi lebih mudah serta lebih awet.
Setelah penjemuran selesai, iratan bambu kering tersebut akan dianyam membentuk besek sesuai ukuran yang diinginkan.
Seiring berkembangnya kreativitas pengrajin dan kebutuhan pasar, terdapat berbagai variasi besek bambu.
Salah satunya adalah besek berwarna dengan tujuan agar lebih menarik dan besek tangkai yang memiliki anyaman gagang untuk menjinjing agar lebih mudah dibawa.
Fungsi utama besek bambu adalah sebagai wadah, terutama untuk membawa dan menyimpan makanan.
Di dapur tradisional, besek bambu juga digunakan untuk menyimpan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, dan berbagai jenis rimpang.
Sementara sebagai kemasan produk, besek bambu digunakan untuk mengemas geplak, gethuk, tiwul,dan lain sebagainya.
Bahkan di beberapa daerah, besek juga dianjurkan untuk digunakan sebagai kemasan daging kurban ketika Idul Adha karena dinilai lebih ramah lingkungan daripada plastik.
Sumber:
kebudayaan.slemankab.go.id
jatimulyo.kec-petanahan.kebumenkab.go.id
jelajah.magelangkab.go.id
jateng.tribunnews.com .
kompas.com (Josephus Primus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.