Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Adat Papua untuk Seniman Muda

Kompas.com - 10/02/2024, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

Dia banyak bicara tentang keseimbangan hubungan antara manusia Papua dan alam.

”Di Danau Sentani ada keramba-keramba terapung, itu bukan punya kelompok adat kami. Itu punya pendatang,” kata Yusuf.

Baca juga: Gibran Sebut PSN Jangan Sampai Singkirkan Masyarakat Adat

”Mungkin 30-50 tahun mendatang, tempat yang dibilang tete moyang kami ‘itu ko punya tempat untuk tancap pelepas sagu, kau tangkap ikan’ akan hilang,”

“Kali-kali tempat ikan bertelur, tapi sungai sekarang disiram dengan obat-obat. Mati semua. Perangkap ikan juga matikan ikan karena segala ikan masuk. Ikan-ikan akan musnah,” tuturnya.

Jawaban atas budaya diam

Salah satu perupa muda yang mengikuti ‘sekolah adat’ Bholuh adalah Jenita Hilapok. Perempuan berumur 20 tahun ini berasal dari Wamena.

Dia berkata, lima ‘guru adat’ pada pokoknya memberi perhatian terbesar pda tiga hal: hutan, tanah, dan air.

”Kalau tidak ada tiga hal ini, orang Papua mau hidup di mana dan bagaimana?” ujar Jenita.

Bholuh bukanlah ajang seni rupa pertama yang diikuti Jenita. Dia ikut serta dalam pameran seni rupa berjudul Sa Pu Cerita yang mengangkat isu perempuan Papua, dari kekerasan domestik hingga yang dilakukan oleh negara.

Pameran itu berlangsung tahun 2021 secara daring, diinisiasi oleh Asia Justice dan Rights.

Baca juga: Gibran Sebut PSN Jangan Sampai Singkirkan Masyarakat Adat

Jenita berkata, dia berusaha terus mendasarkan karya seni rupanya pada realitas sosial yang dihadapi perempuan Papua. Seni, kata dia, merupakan wadah bicara terhadap berbagai persoalan yang kerap dihadapi dengan budaya diam di kalangan orang Papua.

”Generasi muda Papua sekarang pasti tahu dan rasakan apa yang terjadi di tanah ini, tapi mungkin mereka takut mengungkapkan apa yang mereka pikirkan. ‘Lebih baik saya diam. Kalau diam, saya aman’ atau ‘Kalau saya aman, saya bisa ke sini, situ, dan melakukan ini itu ‘,” ujar Jenita tentang budaya diam di Papua.

”Banyak sekali yang menjanggal di hati, mau bicara, berteriak, bersuara, tapi mau bagaimana? Jalan satu-satunya duduk berkarya, untuk melukiskan hati kita yang sedang hancur,” kata Jenita.

Baca juga: Soal Proyek Libatkan Tanah Adat, Gibran: Harus Perbanyak Dialog, Jangan Sampai Masyarakat Adat Tersingkir

BBC News Indonesia pernah mengulas budaya diam di Papua yang dipicu konflik bersenjata dalam liputan Konflik Papua: Pengungsi Maybrat hidup dalam ketakutan

Semuel Wabdaron, perupa asal Biak yang menjadi peserta Bholuh, juga memiliki pandangan serupa. Baginya, karya seni memberinya kebebasan.

“Saya mengibaratkan tumbuhan merambat seperti seniman muda yang bisa menerobos sekat-sekat,” tuturnya.

Namun memilih untuk berkesenian tidak dijalani dengan mudah oleh Semuel, yang kini berstatus mahasiswa jurusan seni kriya di Institut Seni Budaya Indonesia Tanah Papua. Jalan berkesenian tidak pernah diambil satupun anggota keluarganya.

“Pertama kali terjun ke dunia seni, saya sering diejek, dijatuhkan oleh teman dan termasuk keluarga,” kata Semuel.

Baca juga: Mahfud Bingung 20 Ribu Masyarakat Adat di Hutan Kaltim Tidak Bisa Memilih karena Tak Punya KTP

”Jadi seniman untuk apa?” ujarnya mengulang perkataan yang kerap dia dengar.

“Saya membuat karya seni dari sampah olahan, saya sedih karena banyak yang bilang saya terlihat seperti pemulung.”

Dalam konteks personal dan sosial ini, Semuel kembali memperkuat keyakinannya terhadap daya dobrak kesenian bagi orang asli Papua.

Dia mengutip lagu populer yang dilantunkan penyanyi tenar Papua, Mechu Imbiri, berjudul Rantai Raksasa.

“Hidupku tersiksa karena rantai raksasa,” ujar Semuel menyanyikan lirik lagu itu. Namun berkesenian, kata Semuel, melepas belenggu besar yang mengikat dirinya dan banyak orang di Papua.

Alfonso Dimara, wartawan di Jayapura, berkontribusi pada liputan ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Harkitnas dan Hari Jadi Ke-283 Wonogiri, Bupati Jekek: Penguasaan Teknologi Kunci Capai Indonesia Emas 2045

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

KPU Sikka Respons Kasus Caleg Terpilih Jadi Tersangka TPPO

Regional
Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Mengalami Pendarahan, 1 Jemaah Haji Asal Semarang Gagal Berangkat

Regional
KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

KKP Bongkar Penyelundupan BBM Ilegal dan TPPO di Maluku

Regional
Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Rebut Markas OPM di Hutan Maybrat, TNI Amankan Kotak Amunisi dan Puluhan Anak Panah

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Dibakar Cemburu, Pria di Nunukan Aniaya Istri dengan Benda Keras

Dibakar Cemburu, Pria di Nunukan Aniaya Istri dengan Benda Keras

Regional
Mantan Napi Soemarmo Bakal Maju Pilkada Semarang Lagi, Siap Buktikan Tak Terbukti Korupsi

Mantan Napi Soemarmo Bakal Maju Pilkada Semarang Lagi, Siap Buktikan Tak Terbukti Korupsi

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Petir

Regional
Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Sebar Hoaks Soal Peredaran Beras Plastik di Media Sosial, Pria di Kalsel Ditangkap

Regional
Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Soal Pengantin Perempuan Ternyata Lelaki, Sekda Halsel Sempat Panggil Kades

Regional
[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

[POPULER NUSANTARA] Cerita Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD | Wanita Tampar Polisi di Makassar Ditahan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com